Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Modal Cinta

14 Oktober 2021   11:12 Diperbarui: 14 Oktober 2021   11:24 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Seorang lelaki kejatuhan lambang hati /Modal Cinta (Foto: Saydung89 Via Pixabay)

Dan jawaban Dinda mengunci ribuan pertanyaan. Meski kami meminta waktu berbicara empat mata. Namun hasilnya hanyalah air mata.

Hampa, dan terluka. Hari ini kuputuskan mengakhiri ikatan cinta dengannya. "Apapun yang terbaik untukmu, Dinda."

Mas Bambang memacu mobil terburu-buru. Ia ingin segera tiba di rumah dan menenangkan diri. Padahal bukan dia yang lamarannya ditolak calon mertua. Namun kutahu, hatinya patah melihatku tertunduk lesu di kursi belakang. 

Kami tiba di rumah tanpa kata-kata. Hening. Di beranda kuhempaskan rasa sakit dan penasaran. Termenung. Dan tiba-tiba saja terngiang, sajak penyair di pinggir jalan. 

Manusia bukanlah makhluk konsisten. Terlalu banyak rongga di dada yang menyimpan misteri. Namun paling tidak, mereka dapat memilih untuk konsekuen. Menjalani akibat, atau mati berdiri.

Benar juga, Dinda mungkin tidak akan menyesal karena mengubah pendiriannya. Keputusannya menolak lamaranku tak membuatnya kehilangan apapun. Dan kelak, ia dapat mencari lelaki lain yang lebih baik dariku.  

Namun ia takkan mendapatkan lagi cinta dan kasih sayang, seperti yang kuberikan selama ini. Menempatkan dirinya sebagai prioritas utama, memuja dan memahami keinginannya lebih dari dirinya sendiri. Dan tanpaku, kehidupannya tak lagi berwarna. 

Oh Tuhan, dalam kondisi patah hati pun sempat-sempatnya aku menghibur diri.

Kuambil tisu dan menyeka noda pada ujung sepatu. Mematikan puntung rokok dan menyimpannya di dalam asbak. Menarik nafas panjang dan menatap Mas Bambang. 

Kusampaikan padanya, bahwa aku baik-baik saja. Ia terlihat kecewa dan memendam tanda tanya. Lalu kucoba menghiburnya, "Mas, wajahku ini lebih ganteng darimu, kau harus ingat itu." 

Dan kamipun tertawa. Banyak hal buruk yang terlewati, dan tak satupun mampu membuatku tumbang. Keluarga selalu ada di saat susah ataupun senang. Lantas apa gunanya resah, dan berlarut-larut dalam kesedihan. 

**

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

Indra Rahadian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun