Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kambing Mbah Tedjo

20 Juli 2021   10:00 Diperbarui: 21 Juli 2021   22:14 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kambing di sore hari (Foto: Reetdachfan Via Pixabay)

"Kemarin si Mbah pesen kambing. Baru bayar separuh. Ini mau saya antar ke rumah. Biarlah, sisanya saya tak mau tagih," ucap Kang Dadang. 

"Cocok!" Samijan memberikan arloji tua milik Mbah Tedjo kepada Kang Dadang. Mereka sepakat, untuk menganggap arloji itu sebagai ganti uang pelunasan kambing kurban. 

Dengan susah payah, Kang Dadang berhasil menaikkan kambing Mbah Tedjo ke atas motor. Iapun meminta Samijan bergegas, agar kambing tak berlama-lama di jalan dan merasa tak nyaman.

"Tancap gas!" teriak Samijan.

Menjelang Maghrib, kerumunan warga terlihat di depan rumah Mbah Tedjo. Bendera kuning terpasang di depan gang. Dan bunyi sirine ambulans terdengar dari kejauhan. 

Mbah Tedjo mengembuskan napas terakhir, tepat dua jam lalu. Dibantu tetangga sebelah rumah, untuk mengurus pemakamannya. 

Samijan yang baru saja tiba, seketika lemas. Iapun menurunkan kambing, menambatkan tali pengikat di pagar rumah Mbah Tedjo. 

Ia menatap haru ke dalam, ke arah sepeda tua yang terparkir di beranda rumah itu. Terpaku dan masih tak percaya. 

"Tungganganmu sudah datang, Mbah."

Tak terasa, air mata Samijan berlinang. Dan seumur hidupnya, baru kali ini ia menangisi kepergian orang lain. Dalam hatinya berdo'a, semoga kambing yang dia bawa, menjadi bekal Mbah Tedjo di atas sana. 

Layaknya sungai, niat baik akan bermuara pada lautan kebaikan. Dan tak pernah ada kata terlambat untuk berbuat baik.

**

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata. 

Indra Rahadian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun