Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kambing Mbah Tedjo

20 Juli 2021   10:00 Diperbarui: 21 Juli 2021   22:14 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kambing di sore hari (Foto: Reetdachfan Via Pixabay)

Hawa dingin menyelimuti Pasar Maling. Kegelapan terkikis diterpa sinar mentari pagi. Mbah Tedjo mengayuh sepeda tua, memasuki deretan lapak penjual barang bekas. 

Beberapa lapak masih tutup dibungkus terpal. Kepulan asap berhembus dari bibir para pedagang yang baru berdatangan. 

"Samijan! aku mau menjual arloji zaman Jepang!"

Mbah Tedjo membangunkan Samijan si penjual barang bekas. Ia masih meringkuk berselimut sarung di bawah lapak miliknya. Berbantal tumpukan koran dan beralaskan karpet bekas.

Iapun terpaksa bangkit, dan menyadari hari sudah berganti. Memandang Kakek tua di depannya dengan tatapan sayu. 

"Masih pagi, Mbah. Mau buat apa toh, kok tumben jual barang?" tanya Samijan. 

"Buat beli kambing!" jawab Mbah Tedjo. 

"Ealah, ngapain. Mbah tinggal duduk di rumah. Siapkan arang sama tusuk sate. Daging kambing, besok diantar Pak RT!"

Samijan melangkah lunglai. Ia mulai membuka lapak dengan menarik terpal. Mbah Tedjo berdiri menunggu, sampai ia selesai menata barang. 

"Aku mau punya bekal dan tunggangan di akhirat! Bayarin dulu ini!" pinta Mbah Tedjo, seraya menunjukkan arloji tua miliknya. 

"Piro?" tanya Samijan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun