"Sejak kapan kau mengangkat diri menjadi raja? Sungguh lucu," lanjutnya.
"Menyerah, atau ku bakar sarangmu ini hai Kalong!" Perintah pasukan kecil yang sudah tidak sabar menghadapi si Raja Kalong.
Ketakutan pun dirasakan oleh si Raja Kalong dan ia pun menyerah dan berkata, "ampun..ampun baiklah, tapi aku ingin bertemu dengan Sang Raja Negeri."
"Tidak, banyak hal yang lebih penting dari sekedar menemui kau hal Kalong," jawab pasukan kecil menolak.
Pasukan kecil pun menangkap si Raja Kalong dengan mudah, mengikat kakinya dan bersiap membawanya menuju penjara.
Namun, teman-teman si Raja Kalong tiba-tiba saja mengganggu, mereka berbunyi bersahutan dari dalam hutan, membuat pasukan kecil kesakitan telinganya.
Melihat hal itu, si raja kalong pun melarikan diri dan terbang tergesa-gesa, ia berpikir tidak akan menyerahkan diri atas perbuatannya, karena mempunyai teman yang banyak.
Ditempat lain, Panglima Negeri yang mengetahui hal tersebut tengah bersiasat, bagaimana caranya menangkap si Raja Kalong tanpa terganggu dengan bunyi yang berbahaya dari mulutnya.
Untuk sementara, ia meminta penduduk agar menggunakan penutup kuping jika berpergian ke dalam hutan dan berani melawan jika ada hasil panen yang akan dicuri oleh si Raja Kalong.
Karena si Raja Kalong tidak menyeramkan seperti yang dibayangkan, ia hanya mencuri anggur, jeruk dan pisang saja dari petani, karena rasa malasnya untuk bekerja atau mencari buah-buahan matang dari dalam hutan yang luas.
Namun jangan sekali-kali mendengarkan bunyi yang ditimbulkannya, bisa saja hilang kesadaran, marah-marah dan hilang kendali.