Mohon tunggu...
Inda Nugraha Hidayat
Inda Nugraha Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Guru | MC | Penulis

Seorang MC yang suka Menulis Puisi, Prosa, Drama, dll, dalam bahasa Sunda dan Indonesia, di sela kesibukannya mengajar di sebuah SMK Swasta.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Drama Satu Babak : "Mencari Pencuri"

2 Mei 2019   20:55 Diperbarui: 3 Mei 2019   12:32 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karakter :

1. Guru     : Bijak, Tegas

2. Rima    : Sakit, Terdesak

3. Amir    : Gagap

4. Angga : Ksatria, mau mengakui kesalahan

DI SEBUAH RUANG SEKOLAH, SIANG HARI, PADA SAAT JAM PULANG. DI KELAS A, GURU SEDANG MENGINTEROGASI TIGA ORANG MURID.

Guru : 

Jadi, tidak ada yang mau mengaku? Baik, sekarang Bapak tanya, ada di mana kalian pada saat Bapak dan teman-teman kalian yang lain belajar di perpustakaan tadi?

Rima :

Saya tadi sakit, Pak. Kan Bapak yang mengantar saya ke ruang UKS.

Guru :

Oh, iya. Kamu, Amir?

Amir :

Sse... sa... saya... saya tet... tadi bermain bola di lapangan, Pa.

Guru :

Bermain bola?

Amir :

I... i... iya, Pa. Sama Angga, melawan anak-anak kelas B.

Guru :

Bagus. Kalian sudah berani melanggar aturan sekolah. Bukankah sudah dilarang bermain bola di luar jam pelajaran olahraga? Apalagi pada saat jam pelajaran berlangsung. Bolos itu namanya. Mana sambil mengenakan baju seragam sekolah seperti ini lagi. Kalau bajunya kotor, memang kalian mau mencucinya sendiri? Bapak yakin, sepulang sekolah, baju kotor itu kalian buka dan kalian lempar ke tumpukan cucian. Lalu, ibu kalian yang harus mencucinya. Besoknya, ketika mau berangkat sekolah, kalian marah-marah, karena baju seragam kalian masih basah.

Angga :

Iya, Pa. Saya ngerasa, Pa. Maafkan saya, Pa.

Guru :

Lho, kenapa meminta maaf sama saya? Minta maaf sama ibu kamu, yang sudah kamu repotkan setiap hari.

Angga :

Maksud saya, maaf tadi saya membolos pelajaran Bapa, dan malah main bola.

Guru :

Kalian taruhan?

Amir :

I... iya, Pak. Ttet... tadinya, uang taruhannya mmm... mau... anuu... eu... mau  saya pakai buat bayar SPP, Pak. Tett... tet.. Tetapi... kami kalah, Pak.

Guru :

Nambah lagi dosa. Sudah bolos belajar, melanggar aturan sekolah, ditambah taruhan lagi. Taruhan itu sama dengan judi. Haram hukumnya. Dilarang oleh agama, juga dilarang oleh undang-undang hukum Negara kita.

Amir dan Angga :

Iya, Pak. Maafkan kami. Kami janji tak akan mengulanginya.

Guru :

Terus, kalian bayar taruhan, uangnya dari mana?

Angga :

Dari saya, Pak. Pakai uang SPP saya.

Guru :

Hmmm ... Bagus, ya, jadinya sekarang kamu gak bisa bayar SPP juga. Terus, nantinya kalian mau bayar SPP dari mana? Kalian mau menyusahkan orang tua lagi? Atau kalian mau mencuri? Nah ... jangan-jangan, kalian yang sudah mencuri dompet Bapak ?

 

Angga:

Tidak, Pak. Saya tidak pernah mencuri, dan tidak akan pernah mencuri.

Amir :

Ii... iya, Pak. Mmm...mencuri itu kan dosa. Sss... saya tidak mau nambah dosa lagi.

Guru :

Hmm... Baiklah, Bapak percaya sama kalian. Mungkin Bapak yang teledor, lupa menyimpan dompet Bapak di mana. Atau mungkin dompet Bapak jatuh di suatu tempat. Ya, sudah, Bapak pulang duluan. Angga dan Amir, jangan ulangi kenakalan kalian, ya! Dan kamu, Rima, jaga kesehatan kamu!

Rima, Amir dan Angga :

Iya, Pa.

GURU KELUAR. ANGGA DAN AMIR MENUJU BANGKUNYA, DI BELAKANG TEMPAT DUDUK RIMA YANG SEDANG MEMBERESKAN BUKU KE DALAM TASNYA. TIBA-TIBA, SESUATU TERJATUH DARI TAS RIMA. SEBUAH DOMPET KULIT. ANGGA DAN AMIR BERPANDANGAN.

Angga dan Amir :

Lho, Rima, itu kan dompet ...

Rima :

(KAGET) Sstttttt ... jangan keras-keras. Iya, ini dompet Pak Guru. Tadi jatuh di ruang UKS. Aku ambil aja. Soalnya aku lagi butuh banget, buat beli obat. Orangtuaku lagi gak punya uang, sementara sakit kepalaku sekarang semakin sering menyerang. Kalo aku sakit terus, gimana aku bisa ikut ujian bulan depan? Ayolah, kalian ngerti kondisi aku dong ...

Angga :

Tapi itu kan sama saja dengan mencuri, Rim. Enggak baik, lho. Enggak akan berkah.

Amir :

Iii... Iya, Rim. Llle... lebih baik, kkkamu kembalikan dompetnya.

Angga :

Iya, Rima. Kasian, Pak Guru juga pasti butuh uang, untuk membiayai keluarganya.

Rima :

Sudahlah... kalian juga lagi pada butuh uang kan? Kalian belum pada bayar SPP kan? Gimana kalo uangnya kita bagi tiga saja. Kita masing-masing bisa kebagian 200 ribu. Lumayan, sisanya bisa buat jajan atau apalah terserah kalian.

ANGGA DAN AMIR SALING BERPANDANGAN. LALU MELANGKAH KE ARAH BERBEDA. SAMA-SAMA BERGULAT DENGAN PIKIRANNYA MASING-MASING.

Amir :

(BICARA SENDIRI) Betul juga. Sudah dua bulan aku belum bayar SPP. Jika sampai bulan depan gak bayar SPP,  aku pasti gak bakal bisa ikut ujian. Minta sama ibu, pasti belum punya uang. Hmm, tawaran Rima memang menarik. Tapi ...

Angga :

(BICARA SENDIRI) Tidak. Mengambil sesuatu yang bukan hakku, sama saja dengan mencuri. Ibu paling benci sama pencuri. Kata Ibu, mencuri itu dosa. Orang yang suka mencuri akan masuk neraka. Belum lagi kalau ketahuan, pencuri akan berurusan dengan hukum. Bisa masuk penjara. Dan juga bisa dikucilkan keluarga dan masyarkat. Tidak. Aku tidak mau seperti itu. Tapi ...

 

Rima :

(MENGELUARKAN UANG DARI DOMPET. MEMBAGINYA MENJADI TIGA BAGIAN. MASING-MASING EMPAT LEMBAR LIMAPULUH RIBUAN, LALU MENYODORKANNYA KEPADA ANGGA DAN AMIR MASING-MASING SATU BAGIAN).

Ini bagian kamu, ini bagian kamu, dan ini bagian aku. Sekarang, kalian bisa bayar SPP, dan aku bisa beli obat buat penyakitku. Bulan depan, kita bisa ikut ujian. Cukup kita yang tahu semua ini. Kita sama-sama jaga rahasia, yah.

Angga dan Amir :

Tidak. Kami tidak mau menjadi pencuri. Dan kami juga tak mengizinkan kamu menjadi pencuri. (ANGGA DAN AMIR MENANGKAP TANGAN RIMA KIRI-KANAN. )

Angga :

Ayo, sekarang kamu ikut kami ke kantor. Kita temui Pak Guru. Kamu akui kesalahan kamu, dan minta maaf.

Amir :

Iya, Rim. Percayalah, Pak Guru akan mengerti dan memaafkan kamu.

RIMA MERONTA. TAPI TENAGANYA TIDAK SEBANDING DENGAN TENAGA DUA KAWAN LELAKINYA. ANGGA DAN AMIR BERHASIL MENARIK RIMA KE LUAR KELAS, MENUJU KANTOR GURU.

SELESAI

Buana, 9 Pebruari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun