Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Silaturahmi Saat Lebaran di Masa Pandemi

14 Mei 2021   15:16 Diperbarui: 14 Mei 2021   15:22 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silaturahmi online (Sumber: tangkapan videocall/dokpri).

Tujuan silaturahmi kedua adalah rumah kakak suami. Sebelumnya kami singgah dulu ke kuburan, menengok pusara anak sulung saya. Makam si sulung ini tak jauh dari rumah, namun kami jarang mengunjungi. Cukup setahun 1 - 2 kali, sebab walaupun kejadian meninggalnya sudah lama sekali, tetap melihat makamnya yang mungil seolah ada yang mengiris-iris hati. Tunggu kami di surga ya, Nak! InsyaAllah.

Di rumah kakak, hidangan sudah tersaji. Anak-anak kakak, alias ponakan sudah tiga orang yang berkeluarga + satu masih lajang. Semua lengkap. Ada juga adik bungsu suami, tukang masak hidangan lebaran yang kami santap siang itu. Ia datang dengan dua putrinya dan dua cucunya. Dari delapan bersaudara suami, hanya tiga orang saja yang berkumpul siang itu. Satu adik berangkat ke Kolaka untuk berlebaran dengan suaminya - jauh sebelum larangan mudik. Satu kakak berlebaran dengan keluarga kecilnya di Bulukumba. Dua kakak lainnya tetap di Bone, daerah asal suami. Dan satu kakak sudah berpulang beberapa bulan lalu.

Bersamaan dengan silaturahmi offline yang saya lakukan dengan keluarga suami, ponsel saya berdering. Panggilan silaturahmi online dari Kota Malang, tempat orangtua saya bermukim. Ada tiga orang kakak saya yang berlebaran di rumah orangtua. Dua orang memang tinggal di Kota Malang walau tidak serumah dengan orangtua saya; satu lagi mudik dari Jakarta (mudiknya sebelum tanggal larangan mudik). Satu kakak yang tinggal di Bogor juga muncul di layar ponsel.

Walau silaturahmi online rasanya berbeda dengan silaturahmi offline, namun tentu saja saya harus menerima keadaan ini. Dan hanya senyum yang bisa saya berikan, cukup sebagai tanda bahwa saya sehat-sehat - insyaAllah kedua orangtua saya tenang melihatnya.

Acara silaturahmi masih lanjut di malam hari. Saya hanya keluar naik motor berdua dengan suami. Anak-anak sudah capek kalau harus ikut keliling lagi. Kami hanya ke rumah om yang masih satu kelurahan dan ke rumah sepupu tak jauh dari rumah om. Mengobrol seperti biasa juga makan-makan tapi minim jabat tangan. Sepupu menjamu dengan hidangan coto Makassar dan bakso buatan sendiri, juga berbagai hidangan lebaran. 

Renungan

Lebaran yang berbeda. Tiga tahun lalu tak pernah terpikirkan bahwa saya tidak mudik saat lebaran. Kehidupan harus terus berjalan di perantauan, sehingga dalam setahun hanya bisa sekali saja mengunjungi orangtua, dan yang sekali itu tentu saja kemudian dirangkaikan dengan saat lebaran dengan pertimbangan ada cuti bersama, anak-anak dan suami juga pas libur, saudara-saudara ngumpul sehingga momen kebersamaan lebih terasa.

Dan mungkin orang-orang yang berpikiran demikian bukan hanya saya saja. Rekan-rekan kantor yang orang Jawa, kebanyakan juga mematok saat mudik bertepatan dengan lebaran. Jadi apa yang harus dilakukan agar kita semua sama-sama senang?

Mungkin bukan kebijakan larangan mudik yang harus dikedepankan, melainkan pergiliran mudik. Setelah kondisinya seperti ini, saya juga was-was kalau semua mudik bersamaan sehingga akan terjadi kerumunan di sana-sini. Setelah kondisinya seperti ini, saya rela nggak pulang saat lebaran, tapi izinkan saya mudik di waktu lain.

Pelaksanaan vaksin saja bisa bergiliran, tentu soal mudik ini juga bisa dibuatkan jadwal. 

Jadi suatu hari mungkin saya bisa mengecek aplikasi mudik.com di sebuah website pemerintah, lalu saling membicarakannya dengan teman sekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun