"Pesawat kita dua jam lagi, kita masih sempat cari makan malam," ujar sang bupati. Prawito hanya mengangguk. Kedua mata Prawito tidak bisa fokus menjaga sang bupati agar tidak hilang lagi. Aneka pemandangan di kanan kiri membuatnya tergoda untuk melihat suasana di sekitar hotel mewah itu.
Mereka menuju meja yang paling pojok di restoran hotel itu. Seorang perempuan cantik tiba-tiba muncul di hadapan Prawito dan sang bupati. Prawito terkejut, memorinya langsung bekerja cepat, "ini kan perempuan yang aku tanyain di hotel tadi.." Prawito mencoba tersenyum kepadanya, sayangnya perempuan itu ternyata hanya menyapa sang bupati.
Sang bupati memberi kode agar Prawito menjauh darinya. Naluri ajudannya tetap bekerja. Prawito bergeser beberapa langkah dari sang bupati tapi pandangan matanya tak akan lepas darinya.
Entah apa yang dibicarakan sang bupati kepada perempuan cantik itu. Sebuah amplop berwarna putih diselipkan sang bupati ke dalam tasnya.
"Urusan tanda tangan berkas sudah selesai, pantas saja bapak mengajak pulang." Prawito kembali mendekati majikannya, sang bupati.
----------- Â Â
   "He, Wito...apa saja tugas kamu selama menemani bapak di Jakarta?" tanya Bang Yudha, salah satu ajudan sang bupati.
"Sebentar lagi ibu akan nanya kamu, tolong jawab dengan jujur ya?!"
Hati Prawito jadi menciut, ketakutan kembali menyergapnya. Jangan-jangan laporan hilangnya sang bupati sampai ke telinga istrinya. "Ah tak mungkin ibu akan marah, suaminya sudah kembali dengan selamat kok.." hibur Prawito kepada dirinya sendiri.
Tapi apa yang disangka Prawito berbalik dengan pertanyaan sang istri bupati.
"Prawito, tolong jawab dengan jujur. Apakah bapak bertemu dengan seorang perempuan di Jakarta??"