Mohon tunggu...
Indah budiarti
Indah budiarti Mohon Tunggu... https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Guru biasa dalam kesederhanaan. Berani mencoba selagi ada kesempatan. Menulis untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ajudanmu Ini Tak akan Menuruti Perintahmu Lagi, Wahai Sang Bupati!

8 Mei 2023   22:21 Diperbarui: 8 Mei 2023   22:27 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     "Ini kamar kamu, berani kan kamu tidur sendiri?" ledek sang bupati. Prawito tersenyum, "siap Pak, berani dong..!"ujarnya mantap.

"Ah ternyata memang enak jadi ajudan pejabat tinggi..."sepintas pikiran dan perasaan senang menyergap sesaat ke dalam diri Prawito. Ditatapnya sekeliling kamar hotel berbintang lima itu. Prawito semakin terkagum-kagum saat kedua netranya menangkap pemandangan dari balik jendela kamar hotel. Dari ketinggian kamar ini, Prawito merasa berada di atas awan. Hamparan gedung pencakar langit nyata di depan mata, sedangkan gumpalan-gumpalan awan putih tinggal digenggam saja. Selama ini ia hanya melihatnya di televisi saja. Ah Prawito!

Hampir sepuluh menit Prawito berdiri di jendela itu sampai akhirnya ia sadar bahwa sang bupati tidak ada di dekatnya lagi. Prawito panik, matanya menyapu seisi kamar lalu ia mengetuk pintu toilet. Siapa tahu, sang bupati sedang berada di dalamnya. Prawito menunggu  dan kembali menuju ke jendela kamar. Belum puas menatap pemandangan kota metropolitan ini. Sepuluh menit berlalu, dan sang bupati belum keluar dari toilet. Prawito semakin panik, sang bupati menghilang.

     Prawito memberanikan diri menghubungi sang bupati, padahal hal itu tidak diizinkan. Tapi Prawito harus bertanggung jawab dan ia sudah kehabisan akal mencari sang bupati. Telepon tidak diangkat, Prawito makin panik. Ia keluar kamar, celingak-celinguk di lorong lantai ke dua puluh. Tak ada seorang pun yang ia temui. Prawito memberanikan diri berjalan menjauh dari kamarnya ke arah sebelah kanan. Langkah Prawito terhenti ketika seorang perempuan cantik keluar dari salah satu kamar dengan terburu-buru. Berpakaian layaknya seorang artis, cantik. Prawito menyusulnya, paling tidak perempuan ini akan memberikan informasi di mana sang bupati berada.

"Maaf Mbak, apakah Mbak lihat bapak-bapak  pakai baju kemeja biru?"

Perempuan itu melengos, menggeleng dan buru-buru meninggalkan Prawito yang masih kebingungan. Sang bupati masih belum ditemukan.

----------

      Prawito berkali-kali minta maaf atas keteledorannya, tidak bisa berada di dekat sang bupati untuk beberapa menit. Ia sampai bersujud di depan sang bupati.

"Kamu tidak perlu minta maaf, ada beberapa saat di mana kamu tidak seharusnya berada di samping saya. Saya juga perlu privasi." Kalimat yang meluncur dari mulut sang bupati membuat Prawito agak lega. Ia tidak jadi dipecat, masih menjadi ajudan sang bupati.

"Sekarang kemas-kemas lah, kita mau pulang." Prawito tersentak mendengar ajakan sang bupati.

"Pulang..? sebentar sekali aku menikmati Jakarta.."katanya dalam hati. Prawito ingin menanyakan mengapa hanya sebentar saja di Jakarta. Ranjang hotel yang empuk itu belum sempat ditidurinya. Prawito tak berani berkata-kata lagi. Ia mengikuti sang majikan keluar dari kamar hotel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun