Mohon tunggu...
Ina Purmini
Ina Purmini Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga, bekerja sebagai pns

Menulis untuk mencurahkan rasa hati dan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pacaran Sehat, Adakah?

12 November 2022   00:23 Diperbarui: 12 November 2022   00:25 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: freepik.com)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pacaran adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan batin berdasarkan cinta kasih. Berpacaran adalah bercintaan, berkasih-kasihan dengan sang pacar, sedangkan memacari adalah mengencani menjadikan dia sebagai pacar. Sementara bercinta memiliki 3 arti yaitu 1. menaruh (rasa) cinta, 2. bersanggama dan 3. bersetubuh.

Jika ditilik dari makna pacaran di atas, mestinya sangat dimungkinkan pacaran yang sehat. Terlebih jika arti kata bercinta kita ambil dari makna yang pertama yaitu menaruh (rasa) cinta. 

Namun demikian, di masa kini dengan  perkembangan teknologi yang semakin pesat,  informasi  dapat diakses dengan mudah, mengakibatkan anak-anak dapat menonton konten-konten dewasa yang tidak mendidik, bahkan dapat menimbulkan dampak negatif seperti kecanduan. Inilah yang perlu diwaspadai bersama, menjaga anak-anak agar tidak terpapar konten negatif sehingga ketika memasuki masa pubertas dapat menjalin hubungan antar teman, sahabat, bahkan pacar dengan sehat.  

Saya mempunyai pengalaman dengan anak laki-laki saya, yang sebenarnya sudah saya ingatkan untuk tidak pacaran saja selama sekolah dan kuliah. Sebaiknya pacaran pada saat sudah kerja, mengapa? Sebab banyak contoh kasus ketika pacaran di masa sekolah atau kuliah, kemudian lulus dan mencari pekerjaan masing-masing akhirnya pisah kota karena memperoleh pekerjaan di beda kota. 

Dan jika kemudian memutuskan menikah, tentu salah satu harus mengalah pindah dan meninggalkan pekerjaannya. Atau bisa juga masing-masing tetap bekerja, tetapi harus menjalani kehidupan pernikahan beda kota. Sebuah keputusan yang cukup sulit, sebab idealnya, enaknya setelah menikah ya hidup serumah bersama dan masing-masing masih bisa tetap bekerja mengaktualisasikan diri.

Namun karena rasa cinta dan kasih sayang kepada seseorang tak bisa dicegah kapan dan kepada siapa, anak saya pacaran sejak SMA dan sampai sekarang saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi di beda kota, hubungan masih terjalin dengan baik. Dulu saat masih SMA banyak hal saya lakukan dalam rangka mengawal agar menjalin hubungan yang sehat, pacarannya tidak boleh melanggar syari'at agama.

Berikut ini beberapa hal yang saya lakukan dalam rangka mengawal agar gaya pacaran tetap baik-baik saja, pacaran sehat yang tidak melanggar syari'at :

1. Menjalin komunikasi yang akrab dengan anak

Bagi saya komunikasi adalah kunci. Saya terbiasa bertanya, ngobrol, bercanda tentang kegiatan apa saja yang dilakukan di sekolah, dengan teman-temannya, dengan kegiatan ekskulnya dan hal-hal lain. 

Kami juga sering melewatkan hari libur bersama-sama. Dengan komunikasi yang akrab, bisa menjadi sahabat, anak tidak akan sungkan untuk bercerita, sehingga ketika ada hal-hal yang aneh atau dia ada masalah dapat segera terselesaikan. Bahkan saya juga terbiasa menanyakan bagaimana kabar si Cinta pacarnya, dan diapun bercerita jujur.

2. Menetapkan rambu-rambu

Walau bagaimanapun, gejolak masa pubertas pastilah ada. Oleh karena itu harus ada rambu-rambu dalam menjalin hubungan dengan pacarnya, misalnya :

a. Tidak boleh pergi berduaan ke tempat sepi

Saya selalu bilang, boleh kalian pergi bermain berdua tetapi perginya ke tempat yang ramai dikunjungi orang, ke mall, ke toko buku, ke perpustakaan, dan lain-lain. Dan ketika di tempat umum harus bisa menjaga etika, sikap, perilaku. Ya biasa sajalah ngobrol berdua, makan, bercanda, tidak boleh lebih. "Mama tidak suka liat kayak gitu tuh...berdua pake seragam sekolah peluk-pelukan di pundak gitu" demikian suatu hari ketika kami sedang di mall dan melihat pasangan muda mudi berpacaran di mall. 

b. Menetapkan jam malam

Jika malam minggu atau malam libur dia berjalan berdua dengan pacarnya atau apel ke rumah pacarnya, saya menetapkan jadwal pulang. Aturannya adalah jam 21.00 harus sudah sampai di rumah. Agar bisa bersama lebih lama, biasanya dia berangkat lebih sore misalnya habis ashar. Jika berangkatnya sore, tentu harus diingatkan "Nanti saatnya sholat maghrib jangan lupa yaa..."

Dan kesepakatan itu selalu ditaati, namun ada beberapa kali pulang lebih larut tetapi dengan ijin sebelumnya sebab mau nonton film yang jam 19.00 WIB sehingga pulangnya lebih dari jam 21.00 karena harus mengantar pulang ke rumah pacarnya yang memang agak jauh dari kota.

c. Harus bisa jaga sikap dan perilaku, tidak boleh melanggar syari'at agama

Pacaran yang menyenangkan itu kalau berkegiatan positif produktif, misalnya belajar bersama, membuat tugas kelompok, ekskul dan kegiatan-kegiatan positif lainnya, sehingga bisa saling memberi semangat dan memotivasi serta memperoleh prestasi. 

Pacarannya tidak boleh hanya pacaran yang tanpa kegiatan, bahkan mengarah ke hal-hal negatif yang tidak sesuai syari'at agama. Tidak boleh pacaran seperti itu. Pacaran tidak boleh membuat nilai sekolah turun, tidak boleh membuat prestasi melorot tetapi sebaliknya harus membuat bersemangat belajar dan berprestasi.

d. Jangan terlalu serius dalam pacaran, tapi fokus masa depan

Jangan terlalu serius artinya, jangan terlalu dalam memendam rasa cinta yang sendu mendayu-dayu, sehingga ketika ada masalah sedikit saja dengan pacarnya langsung runtuh semangat hidupnya. Tidak boleh seperti itu. 

Masih banyak cinta yang lain, paling tidak cintanya mama, ayah dan saudara-saudara akan tetap tercurah apapun yang terjadi. Cinta ya cinta tapi jangan begitu-begitu amatlah, "Ngono yo ngono ning ojo ngono" demikian kalau orang Jawa bilang. Tapi alhamdulillah ternyata sampai hari ini hubungan mereka berdua masih terjalin meskipun kuliahnya beda kota.

Yang harus diseriusi adalah masa depan, meraih cita-cita dan impian. Menjadi pelajar dan mahasiswa yang sholeh, yang pintar dan berprestasi, sehingga lulus dengan nilai memuaskan, dan bisa mengaktualisasikan diri dalam dunia kerja sesuai ekspektasi. Jadi jangan sampai pacaran malah  menjadi penyebab gagalnya cita-cita. Hal itu tidak boleh terjadi!

3. Jodoh tak kan lari kemana

Proses pernikahan kami orang tuanya sering saya jadikan contoh, betapa orang jika memang sudah jodohnya ya pasti akan ketemu dan bahagia. Proses perkenalan dan masa pacaran kami tidak lama, namun karena sudah jodoh ternyata semuanya rasanya mudah dan alhamdulillah sampai hari ini kami merasa bahagia menikmati hidup dengan segala keadaan yang ada. 

Jadi saya katakan tak perlu terlalu risau, tak perlu dibuat susah yang banget jika ada masalah dengan pacarnya. Jalani saja mencintai dan menyayangi, menjalin hubungan dengan niat baik, dilakukan dengan baik, berdo'a agar kelak jadi jodohnya dan selebihnya serahkan pada Allah, karena Dialah yang maha mengatur segalanya. Jika harus putus pasti akan diberikan gantinya, yang lebih baik. Insya Allah.

4. Berdo'a kepada Allah dan menanamkan nilai-nilai keimanan

Upaya spiritual harus selalu diupayakan, sebab do'a orang tua terutama ibu sangatlah mustajab. Mendo'akan anak, mohon kepada Allah agar  selalu melindungi, menjaga hati, sikap dan perilaku anak, di manapun, kapanpun. Mohon kepada Allah agar anak diberikan kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual.

Kepada anak, tanamkan nilai-nilai keimanan, pembiasaan yang baik dan disiplin dalam melaksanakan ibadah sholat agar terhindar dari perbuatan yang tercela. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun