Mohon tunggu...
Ina Purmini
Ina Purmini Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga, bekerja sebagai pns

Menulis untuk mencurahkan rasa hati dan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Pribadi yang Tangguh, karena Ibu

1 Desember 2020   05:12 Diperbarui: 1 Desember 2020   05:24 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ibu diantara anak dan cucu.dokpri)

Ibu adalah orang Jawa yang masih menggunakan weton sebagai pengingat kelahiran anaknya, dan bukan kalender masehi. Selain berpuasa di weton kami, sebagai bentuk rasa syukur, ibu biasanya membuat makanan sebagai peringatan weton kami, kadang berupa bubur merah putih kadang  nasi dan lauk pauknya yang sederhana seperti kluban/gudangan, telur rebus, ikan asin. 

Kalo membuat nasi seperti ini, biasanya kemudian memanggil anak-anak kecil bancakan makan bersama-sama. Tetapi kalau bubur merah putih biasanya dibagikan ke tetangga kiri kanan (ibu membuat hanya sekitar 5-6 piring untuk dibagikan tetangga, karena kehidupan kami pun sederhana). 

Hal ini memberikan pelajaran bagi kami bahwa apapun keadaannya, tetap harus selalu bersyukur dan berbagi baik dalam kelimpahan maupun kesederhanaan.

Dan untuk urusan berbagi,  bukan hanya  saat weton kami saja ibu berbagi, tetapi juga di lain waktu seperti saat panen tiba, berbagi masakan (terkadang menjadi barter), berbagi sayuran mentah dimana kami menanam ubi jalar dan para tetangga dipersilahkan memetik daunnya (glandir) kapan saja selama masih ada untuk dijadikan sayur bening atau sambel asem. 

Apalagi di saat hari-hari besar seperti lebaran, ibu pasti membuat nasi beserta lauk pauknya yang cukup istimewa untuk diberikan terutama kepada yang lebih tua, dengan istilah 'munjung'. Dan kami anak-anaknya senang jika diminta mengantarkan punjungan (kata benda dari munjung) sebab biasanya pulangnya kami diberi uang saku oleh mbah/budhe/bulik yang kami beri punjungan tersebut.

4. Berhemat

Karena kami hidup sederhana, maka berhemat adalah hal yang sangat biasa bagi kami. Ibu tidak setiap hari memberi uang saku buat kami anak-anaknya saat berangkat sekolah, tetapi kami selalu disiapkan sarapan sebelum berangkat sekolah. 

Dan ketika kami diberi uang sakupun, karena tidak terbiasa jajan, biasanya kami tabung. Tabungan kami berupa celengan berbentuk kendi terbuat dari tanah liat dan masing-masing anak mempunyai celengan. Kami membuka celengan jika ada keperluan yang cukup besar seperti ingin membeli sepatu baru, tas sekolah, buku, dll.

Ibu juga melakukan penghematan dengan tidak pernah membuang makanan yang masih layak. Misalnya sayur yang tidak habis hari itu, maka dipanaskan untuk dimakan kembali esok hari. 

Atau nasi sisa dimanfaatkan untuk gendar (nasi sisa dikasih bleng kemudian dikukus dan dipadatkan), dimana gendar ini bisa langsung dimakan (biasanya bersama sayuran dan sambel sehingga biasa disebut gendar pecel) bisa juga diiris tipis-tipis, dijemur untuk dijadikan kerupuk (kerupuk gendar).

5. Kasih sayang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun