Dan itu semua saya yakini, disamping usaha yang saya lakukan, adalah do'a yang dibarengi dengan puasa ibu yang tiada henti. Dan saya pun sejak kuliah  terbiasa mengikuti ibu melakukan puasa sunah Senin Kamis, tapi belum bisa mengikuti untuk puasa weton bagi anak-anak saya. (Karena saya bahkan lupa weton anak, hanya ingat tanggal lahirnya saja).Â
Demikian juga dengan ibadah sholat dan zakat, karena sudah terbiasa melihat, ada contoh/teladan dari ibu maka dengan sendirinya saya mengikutinya. Bahkan lebih dari itu, alhamdulillah saya sudah melaksanakan ibadah haji juga, yang belum bisa dilaksanakan ibu, mengingat secara ekonomi memang tidak memungkinkan dan juga dari sisi kesehatan disebabkan ibu sudah lansia.
2. Ketangguhan
Ibu mempunyai 10 orang anak, beliau hanya ibu rumah tangga biasa dan bapak seorang guru dengan gaji yang pas-pasan. Untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, ibu bersama bapak rajin mengolah kebun di belakang rumah yang cukup luas dengan menanam berbagai macam sayur dan berbagai tanaman lainnya seperti ubi jalar, gembili, garut, pisang, kelapa, mangga, singkong, dan lain-lain.Â
Beberapa tanaman selain untuk kebutuhan sendiri, terkadang juga dijual karena berlebih (meski sudah dibagikan ke tetangga) seperti mangga, kelapa, pisang dan singkong.Â
Disamping mengolah kebun, ibu juga membuka toko kecil-kecilan di rumah, menyediakan kebutuhan rumah tangga seperti bumbu dapur, sembako, sabun mandi, sabun cuci, minyak, gula, dan lain-lain bagi tetangga.
Dengan modal pas-pasan, sebagian keuntungan akhirnya ikutterpakai memenuhi kebutuhan rumah tangga, maka sebenarnya usaha toko ibu hanyalah untuk memperpanjang waktu habis dari uang belanja bulanan yang diberikan bapak kepada ibu.Â
Kami tidak mempunyai pembantu rumah tangga, oleh karenanya disamping mengurus anak, ibu juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga mulai dari memasak, mencuci, bersih-bersih rumah dan sebagainya dan kami anak-anaknya ikut membantu semampu kami, misalnya setiap minggu tugas kami adalah mencuci sepatu masing-masing dan juga menyetrika seragam sekolah.
Kami juga membantu, berbagi tugas rumah tangga, misalnya ada yang mengambil air dari sumur untuk di kamar mandi (dulu di desa kami belum ada listrik), memberi makan ayam, memasukkan ayam ke kandang, dan tugas saya adalah menyapu halaman yang cukup luas.
Melihat betapa ibu bergerak gesit dan tangguh melakukan banyak hal, membuat kami anak-anaknya  mengikuti jejak ibu, dimana diantara kami anak-anak perempuan ibu, yang tidak bekerja di sektor formal, semuanya mempunyai kesibukan seperti berdagang (membuka toko), berjualan tanaman hias, membuat kue kering, membuka kantin, menerima catering dan sebagainya.
3. Bersyukur dan berbagi