Mohon tunggu...
Inayatun Najikah
Inayatun Najikah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas, Pecinta Buku

Belajar menulis dan Membaca berbagai hal

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hati Telah Menyatukan Kita

12 April 2023   08:11 Diperbarui: 12 April 2023   08:16 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada sebuah cinta yang ditakdirkan untuk tak saling memiliki raga, namun menyatu kedua hatinya.

Saya pernah membaca sebuah kalimat seperti diatas pada beranda media sosial. Ternyata hal itu sama dengan kisah yang saat ini saya jalani bersama seorang kekasih. Raga dan status kami berbeda. Namun meski begitu kami menjalani cinta ini dengan penuh kebahagiaan.

Suatu pagi saat dia menghubungi saya tiba-tiba bercerita bahwa malam harinya ia bermimpi pergi jalan-jalan bersama saya. Dan kebetulan pada malam itu juga saya pun bermimpi bersama dirinya. Pada mimpi saya, kami berdua naik bus menuju tempat yang sangat sejuk. Sedangkan dimimpinya, katanya saya dengannya berjalan bergandengan tangan di tempat yang sejuk pula. Seakan mimpi kami saling bersaut bukan.

Saya terheran, kok bisa seperti itu. Kejadian lainnya saat kami berangkat bekerja tanpa disengaja atau janjian terlebih dahulu, tak jarang kami memakai baju yang sama. Entah warnanya atau modelnya. Selalu begitu. Kadang dia juga mempertanyakan hal yang sama. Kok bisa? Hingga akhirnya kami sepakat bahwa raga dan tubuh kami memang tak bersatu, tapi hati lah yang menyatukan kita.

Namun meski begitu, terkadang logika saya selalu tak sejalan dengan hati. Hati inginnya saya tetap bersamanya, namun logika bersikeras untuk menolak. Alasannya sederhana. Saya tak mau jadi penghalang atau penganggu bagi dirinya. Saya sangat menyadari bahwa jalinan asmara kami ini salah. Tak seharusnya saya bertindak melewati batas seperti ini. Tapi disisi lain saya tak bisa membohongi perasaan untuk ingin tetap bersamanya.

Maka karena hati dan pikiran sering bertolak belakang, tak jarang perselisihan diantara kami selalu muncul. Meski itu terlihat sepele, sebisa mungkin saya akan memperbesarkannya. Alasannya agar ia merasa ilfeel dengan saya. Dan dengan begitu ia dengan segera akan kembali pada jalan yang semestinya.

Saya pun kemarin telah berkata jujur padanya soal ini. Menyuruhnya berkali-kali untuk pulang, namun ia tetap kekeh tak mau. Ia mengatakan bahwa terlanjur cinta sama saya. Dan cinta yang ia miliki sudah terlalu dalam. Maka ketika saya mendiamkannya, rasa sedih dan kemurungan di wajahnya selalu ia perlihatkan.

Saya tak tahu harus berbuat apalagi. Cara saya seperti itu tak menyurutkan cinta dan dirinya untuk segera kembali. Maka dengan menata perasaan dan memilih kata yang pas, saya pun mengajukan permintaan padamu. Sebuah permintaan untuk tak menghubungi saya selama cuti lebaran. Alasan saya hanya satu. Kau fokus bahagia bersama Ibu ratu dan putri-putri yang cantik jelita tanpa ada saya yang menggangu. Apakah kau mau sayang?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun