Di sebuah warung kopi yang ramai, seorang teman lama duduk di sudut. Matanya menatap kosong ke arah cangkir di depannya. Ia baru saja kehilangan seseorang yang selama ini ia anggap sahabat. “Dulu aku percaya dia orang yang sangat baik," katanya pelan. "Tapi ternyata, aku salah.”
Percakapan sore itu membawa ingatanku ke masa lalunya. Bertahun-tahun ia yang saya kenal, memiliki sahabat sejawat tempatnya berbagi banyak hal. Suka, duka, perjuangan. Tak ada yang pernah meragukan persahabatan mereka.
Namun, waktu bekerja dengan caranya sendiri. Perlahan, sesuatu yang tersembunyi mulai tampak. Ada sikap, kebiasaan, bahkan pilihan-pilihan yang dulu terabaikan, kini berdiri nyata di hadapan.
Pada awalnya, mungkin hanya kejadian kecil. Janji yang tak ditepati. Kata-kata yang terasa ganjil. Sikap yang sedikit berubah. Tapi seiring waktu, pola itu semakin terang, nyata, dan sangat jelas.
Sang teman kerja, yang selama ini ia anggap baik dan setia, mulai menunjukkan sisi lain. Bukan karena berubah, melainkan karena ia akhirnya memperlihatkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Waktu memang tidak mengubah sifat seseorang. Ia hanya memberi ruang untuk kebenaran muncul ke permukaan. Betapa sering kita mendengar kisah seperti ini. Persahabatan yang runtuh. Hubungan yang pudar. Kepercayaan yang terkikis. Semua terjadi bukan dalam sekejap, melainkan perlahan-lahan.
Seperti sebuah kain yang terkena cahaya matahari, warnanya tidak pudar dalam sehari. Tapi sedikit demi sedikit, hingga akhirnya terlihat jelas bahwa yang tersisa hanya bayangan dari warna aslinya.
Mungkin kita semua pernah mengalaminya. Bertemu seseorang yang tampak baik, ramah, dan menyenangkan. Namun, seiring waktu, kita mulai melihat sisi lain yang sebelumnya tersembunyi entah itu keserakahan, ambisi buta, dan lainnya.
Ada yang tetap setia pada nilai-nilai yang mereka tunjukkan sejak awal. Tapi ada pula yang, perlahan, memperlihatkan wajah berbeda bahkan sama sekali berbeda dari sebelum-sebelumnya.
Kadang, kita tidak ingin percaya. Kita mencoba mengabaikan dan mengaburkan tanda-tanda itu. Berpikir bahwa semua hanya kesalahpahaman. Namun, waktu tak pernah berdusta. Ia memberi kita cukup bukti, cukup alasan, cukup momen untuk memahami kebenaran.