“Lama nggak ya, Mbak keluarnya?” tanyaku kemudian.
“Bentar kok, Bu. Katanya sih mau jemput suaminya?”
“Suami?”
Jantungku mendadak berdegup tak keruan. Prasangka buruk kembali melingkupiku. Namun lagi-lagi kutepis. Tak mungkin Mas Harry selingkuh. Selama ini ia adalah suami serta ayah yang baik. Tak pernah macam-macam.
“Ibu temannya Mbak Cla ya?”
Aku diam tak menjawab. “Masuk aja kalau gitu, Bu. Panas di luar.” Katanya lagi sembari membuka pintu pagar semakin lebar. Aku pun menurut. Kumasukkan motorku ke halaman rumah itu.
“Silahkan, Bu!” ajak perempuan muda itu ke dalam rumah. Namun baru selangkah melewati pintu, aku berhenti. Tubuhku membeku seketika. Mataku nanar menatap pigura besar yang berada di salah satu dinding ruang tamu.
Foto itu…
“Loh, Bu kok berhenti?”
Aku terkesiap lalu menoleh sekilas. “I—itu…,”
“Oh, itu,” senyum perempuan muda itu merekah. “Itu foto pernikahan Mbak Cla sama suaminya. Romantis ya, Bu!”
Tubuhku terasa lunglai seketika. Dadaku terasa sesak. Hatiku sakit.
Jadi benar, Mas Harry…
***