Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Praktisi pendidikan inklusif, penyintas disleksia-ADHD. Pendiri Homeschooling Rumah Pipit

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Hal Yang Harus Pahami Tentang ADHD

8 Agustus 2025   09:21 Diperbarui: 7 Agustus 2025   12:18 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5. Empati Lebih Berguna daripada Penilaian

Yang paling saya butuhkan sebagai penyandang ADHD bukanlah ceramah, sindiran, atau nasihat yang meremehkan. Yang saya butuhkan adalah pemahaman. Bahwa saya mungkin membutuhkan waktu lebih lama, cara belajar yang berbeda, atau pendekatan kerja yang fleksibel.

Ketika anak atau teman Anda tampak "susah diatur" atau "terlalu banyak mikir", cobalah tanya: Apa yang kamu butuhkan sekarang? Bukan: Kenapa kamu begini terus? Perubahan perspektif kecil seperti ini bisa menciptakan ruang yang jauh lebih aman dan produktif.

Sebagai penyandang disleksia-ADHD, saya pernah mengira saya bodoh, rusak, atau tidak normal. Tapi sekarang saya tahu, otak saya hanya beroperasi dengan cara yang berbeda. Saya bisa menjadi produktif, kreatif, dan berdaya bila diberi ruang yang sesuai.

Saya menulis ini bukan untuk minta dikasihani, tetapi agar semakin banyak orang paham: ADHD bukan kelemahan, melainkan bentuk lain dari keberagaman pikiran manusia.

"Yang terlihat sebagai kekacauan, mungkin sebenarnya adalah simfoni jika saja Anda tahu cara mendengarkannya."

Jika Anda seorang pendidik, orang tua, atau sekadar teman luangkan waktu untuk belajar tentang ADHD. Karena memahami bukan hanya membantu kami bertumbuh, tapi juga membuat dunia menjadi tempat yang lebih manusiawi untuk semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun