Mohon tunggu...
Ilya Ainur
Ilya Ainur Mohon Tunggu... Guru - Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

saya ingin menulis lagi dan terus menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Diary Ramadan | Day 30

23 Mei 2020   19:25 Diperbarui: 23 Mei 2020   19:25 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

"Papa kamu kan?"

"Iya. Kamu bisa tahu karena sedari tadi hanya papa kan? Yang tidak saya sebutkan?"

"Bukan begitu Yan. Itu memang salah satu alasan. Tapi bukan alasan utama. Karena alasan utamanya adalah karena begitu beberapa waktu lalu saat bertemu dengan papa kamu. Saya dapat melihat sorot mata penuh keyakinan dalam hidupny. Di tatapan matanya nampak tidak ada keraguan tentang kehidupan Yan. Benar kata kamu bahwa papa kamu adalah satu-satunya orang yang selalu optimis dan selalu siap memberikan semangat hingga dukungan kepada kamu saat kamu ingin menyerah. Saya yakin itu benar."

"Iya itulah papa saya."

"Berarti kamu salah Yan. Tidak semua orang di hidup kamu seperti itu."

"Iya hanya satu Im."

"Saya sempat berpikir jika saya juga ingin mengeluh ingin menyerah tentang kehidupan saya yang tidak semua orang tahu." lanjut Yana lagi.

"Kamu ingin membagikannya dengan saya?" Baim menawarkan diri.

"Hidup saya sebenarnya tidak seindah yang dipikirkan Euis, Clara dan Ziad. Saya tidak punya banyak teman Im. Saya hanya punya tiga orang teman. Itupun saya tidak terlalu dekat. Saya tidak pernah cerita apapun ke mereka. Karena untuk apa? Mereka saja mengeluh kepada saya? Saya orang yang tidak pandai bersosialisasi. Terkadang saya disebut aneh saat kecil dulu. Di mana saya lebih memilih menyendiri dibandingkan bergabung dengan teman-teman. Saya sempat telat bicara waktu dulu. Saya pendiam yang ulung Im. Bahkan saat SMP dan SMA saya disebut aneh lagi saya freak orang-orang bilang gitu. Karena saya melakukan hal-hal yang orang tidak lakukan. Sebenarnya saya terganggu dengan omongan jelek orang tentang saya. Tapi saya bisa apa? Saya tidak bisa menutup mulut merekq satu-satu kan?" Yana berhenti bicara, menyucurkan air mata tanpa disadarinya.

Baim terus memandangi Yana. Yana yang memandang jauh ke depan. Lalu tiba-tiba Yana beralih memandang Baim. Maka mereka kini saling beradu.

"Mamah saya sudah lelah mengingatkan saya untuk menjadi normal seperti orang-orang lainnya. Tapi saya bebal saya tidak bisa. Makanya mamah saya terkadang tidak ramah kepada saya. Hingga hanya papa yang bisa menguatkan saya." kini Yana kembali menunduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun