Kania: apa? Orang kayak gimana emang aku? Emang apa sih cita cita dan mimpi kamu? (sambil lemparin buku Najmi)
Lula: udah sih, apaan kalian marah Cuma gara-gara masalah kayak gini. Emang mimpi dan cita cita kamu apa mi? Bukannya mimpi dan cita cita kita udah janjian mau samaan?
Najmi: Yah itu aku mimpi mau jadi penulis.
Lula: Wah iya kah? Bukannya kamu mau jadi dokter katanya. Terus kita nanti mau kuliah di kampus yang sama walau beda jurusan.
Kania: nggak mungkin kita sekampus la, najmi mah punya kampus impian sendiri dia mau pisah lah sama kita.
Lula: Ohya? Ko kamu tau nia? Terus itu bener mi? Yang dibilang kania tadi?
Najmi: Tuhkan, emang gak sopan kania kamu, kapan baca buku agenda ku? Iya la, nanti aku jelasin semuanya.
Lula: Sekarang aja, kalo emang itu bener.
Najmi: Iya, aku mau jadi penulis, dan aku mau kuliah di jurusan Sastra Indonesia di kampus UAD.
Lula: Â Kita kan mau di UPI bareng-bareng, dan mau tinggal kos bareng bareng ko jadi gini? Sejak kapan pula kamu berubah kayak gini dan gak bilang. Ko jadi gini? Padahal bentar lagi loh kita UN, lulus terus kuliah.
Kania: Itulah penghianat Lula.