Pemerintahan Prabowo Subianto baru saja menggelar reshuffle kabinet pertamanya. Langkah yang cepat dan patut diapresiasi.Â
Namun, di balik gegap gempita pergantian para menteri, publik harus jeli dan kritis. Jangan sampai perombakan ini hanya menjadi ajang mutasi jabatan untuk menyenangkan sekutu koalisi, sementara substansi kerja pemerintahan justru terabaikan.
Langkah cepat pemerintahan Prabowo melakukan reshuffle patut diberi perhatian. Namun, di balik ini, sudah pasti rakyat menuntut kejelasan! Kejelasan visi apa yang sebenarnya ingin dikejar dengan perubahan ini? Apakah ini murni untuk memacu kinerja, atau sekadar bagi-bagi kue kekuasaan yang dibungkus rapih dengan jargon "efektivitas"? Pertanyaan ini harus dijawab dengan bukti kerja, bukan sekadar omon-omon.
Kepada para menteri baru, ini adalah pesan sederhana. Anda datang dengan membawa beban harapan yang sangat besar.Â
Jangan sia-siakan kepercayaan ini. Fokuslah pada pekerjaan rumah yang nyata, bukan pada pencitraan.
Pertama, urusannya yang kongkret! Turun ke lapangan, jangan hanya meeting di ruang ber-AC. Rasakan sendiri denyut nadi ekonomi di pasar-pasar tradisional.Â
Dengankan keluhan para petani dan nelayan. Buktikan bahwa Anda hadir bukan hanya untuk foto-foto resmi.
Kedua, stop birokrasi yang berbelit! Masyarakat sudah lelah dengan janji simplifikasi perizinan yang hanya indah di atas kertas.Â
Rakyat ingin melihat terobosan nyata. Jika dalam 100 hari pertama Anda tidak bisa membuktikan perubahan berarti dalam hal ini, anggap saja Anda gagal dalam ujian pertama.
Ketiga, komunikasinya harus jujur dan transparan. Jangan tutupi masalah, jangan gemar mengklaim keberhasilan yang belum terasa.Â
Lebih baik menyampaikan kesulitan dengan jujur daripada menjual mimpi yang tak jelas juntrungnya. Publik menghargai kejujuran, bukan ilusi.