Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memberi ASI di Depan Umum

17 Februari 2023   05:24 Diperbarui: 17 Februari 2023   05:38 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (Gambar oleh Couleur dari Pixabay) 

Zaman telah berubah. Sesuatu yang dulunya lumrah, kini menjadi tak biasa. Salah satunya adalah menyusui bayi di depan umum. Dahulu di 80-an akhir, menyusui bayi dengan air susu ibu (ASI) di depan umum adalah hal yang biasa.

Jika seorang ibu menggendong bayi, khususnya kurang dari setahun, maka senjata utamanya adalah menyusui si bayi. Maksudnya, jika si bayi nangis, besar kemungkinan karena ingin ASI. Maka, tak peduli ada di mana pun tempatnya, jika anak menangis maka si ibu tinggal memberi air susu ibu (ASI).

Dulu waktu aku kecil juga begitu. Jika menangis maka diberi ASI. Seingatku begitu karena aku disapih pada usia lebih dari dua tahun. Jadi memori masa lalu itu masih sedikit terngiang.

Maka, di masa itu, hal biasa ketika melihat ada seorang ibu menyusui anaknya di muka umum. Bukan hal yang tabu. Tak ada yang aneh pada saya yang lelaki melihat hal itu di masa lalu. Tapi, seiring berjalannya waktu, memberi ASI di depan umum menjadi hal yang tak umum.

Lambat laun memberi ASI di depan umum jarang terjadi. Jika si anak nangis, biasanya si ibu mencari tempat tertutup untuk memberi ASI. Setelah mendapatkan tempat tertutup atau tersembunyi, baru memberi ASI. Sejak akhir 90-an, saya sudah jarang melihat ada ibu yang terang-terangan memberi ASI pada anaknya di muka umum.

Sekitar lima tahun lalu, aku kembali melihat ada ibu terang-terangan memberi ASI di muka umum. Tapi itu aku lihat saat perhelatan pemilihan kades di sebuah desa. Cuma karena aku sudah memiliki memori melihat seperti itu, jadi biasa saja.

Nah beberapa pekan lalu, aku kembali melihat ibu memberi ASI di depan umum. Ceritanya, aku melakukan perjalanan jauh dengan istri, naik moda transportasi umum. Di depanku (depan agak samping), ada pasangan muda dengan bayinya yang masih di bawah satu tahun.

Bayinya menangis dan si ibu bereaksi memberi ASI. Aku yang repot, serba salah karena si ibu memberi ASI di depanku. Karena adegannya begini: si ibu memberi ASI, suaminya berusaha menutupi adegan itu dengan gesturenya. Aku ya otomatis melihat adegan itu, sementara istriku memantauku.Waduhh.

Akhirnya aku melihat ke bawah. Begitu mendongakkan kepala, adegan itu masih terjadi. Aku melihat ke bawah lagi. Begitu mendongakkan kepala, adegan memberi ASI sudah tak ada. Tapi beberapa waktu kemudian si bayi menangis lagi, aku melihat ke bawah lagi karena otomatis adegan memberi ASI kembali terjadi. Istriku memantauku lagi.

 Zaman sudah berubah. Maka, segala sesuatu hendaknya memang dipersiapkan dengan baik. Jika sang suami keberatan istrinya memberi ASI di depan umum, maka persiapkan dengan baik perjalanan itu. Apalagi perjalanan jauh dan membawa bayi yang 99,99 persen masih menangis. Entah bagaimanalah caranya, pasti bisa menyiasati. 

Kalau tidak disiasati, orang lain bisa terpojok, seperti kasusku di atas. Walau sebenarnya melihat adegan seperti itu sudah biasa bagiku karena memang di masa lalu aku sering melihatnya dan biasa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun