Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Miliuner Tak Begadang, Aku Begadang untuk Cari Nafkah

13 Juni 2022   19:15 Diperbarui: 13 Juni 2022   19:41 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Shutterstock

Aku baca tulisan di cnbc indonesia bahwa miliuner dunia itu tak begadang. Mereka tak punya kebiasaan begadang.

Lalu, aku hanya ingin mengatakan, jika kau begadang karena mencari nafkah halal, jangan berkecil hati. Jangan langsung drop karena membaca bahwa para miliuner itu tak begadang. Jangan drop karena lagu Rhoma Irama yang begadang itu. Kenapa tak perlu drop? Begini ceritaku.

Bagiku, hidup itu tak selalu bebas memilih. Misalnya, kau ingin wanita yang anggun itu untuk jadi istrimu. Kau sudah usaha dan dia tak memilihmu. Maka, terima saja.

Tiap kita punya jalan hidup masing-masing. Maka nikmatilah atau setidaknya jalanilah, sebaik yang kita mampu.

Dulu dalam beberapa tahun, aku bekerja malam hari. Pulang kadang pukul 02.00 WIB, pernah sampai 03.30 WIB. Tentu aku tahu bahwa begadang itu berisiko. Rhoma Irama pernah mendendangkannya.

Tapi, dari begadang itu aku menghidupi diri dan keluargaku. Pernah beberapa kali mencoba mencari pekerjaan yang tak begadang, tapi gagal. Mungkin pada masa itu, rezekiku memang melalui begadang.

Terimalah keadaan itu, terimalah begadang itu. Karena memang tak ada pilihan lain selain menerima. Pada titik tertentu, kita memang perlu berdamai dengan keadaan.

Ya, berdamai dengan keadaan sembari terus melakukan yang terbaik yang kita mampu. Melakukan terbaik bukan hanya dalam kapasitas sebagai pekerja, tapi dalam kapasitas sebagai manusia.

Bahkan, melakukan yang terbaik dalam kapasitas manusia, lebih penting dan membikin hidup bermakna. Seperti, membantu yang lain, membahagiakan yang lain, tidak mencelakakan yang lain, mencoba adil.

Yang ingin aku sampaikan, setiap orang beda cerita. Setiap orang beda peran. Tinggal bagaimana melukis peran dan cerita kita sebaik yang kita mampu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun