dukungan politik di parlemen. Ia terpaksa mengundurkan diri dan menyerahkan mandatnya
kepada Presiden Soekarno pada 23 Januari 1948, yang kemudian menunjuk Mohammad Hatta
sebagai formatur kabinet baru.
3
Jatuhnya kabinet ini dirasakan Amir Sjarifuddin sebagai pukulan dan kekalahan politik yang
pahit. Rasa 'sakit hati' ini diperparah oleh kebijakan Kabinet Hatta yang menerapkan program
Rekonstruksi dan Rasionalisasi (Re-Ra) Angkatan Perang. Kebijakan ini bertujuan
merampingkan struktur militer dan menasionalisasi laskar-laskar perjuangan. Namun,
kebijakan ini secara efektif membubarkan unit-unit militer sayap kiri yang loyal kepada Amir
dan Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang baru dibentuknya, termasuk Pesindo. Penarikan
pasukan ini, khususnya dari garis depan ke wilayah pocket seperti Madiun, semakin memicu