Kekecewaan Politik Amir Sjarifuddin: Akibat Renville
Titik balik utama dalam perjalanan politik Amir Sjarifuddin adalah penandatanganan
Perjanjian Renville pada Januari 1948. Sebagai Perdana Menteri sekaligus ketua delegasi
Indonesia, Amir terpaksa menandatangani perjanjian tersebut di bawah tekanan, yang hasilnya
sangat merugikan Republik Indonesia. Wilayah RI yang diakui menyusut drastis, hanya
meliputi sebagian Jawa dan Sumatera, berdasarkan garis demarkasi yang dikenal sebagai Garis
Van Mook.
2
Kekalahan diplomatik ini memicu kritik keras dari berbagai pihak, termasuk dari Partai
Nasional Indonesia (PNI) dan Masyumi, yang sebelumnya mendukungnya. Anggapan bahwa
ia telah mengkhianati bangsa karena menjual wilayah akhirnya membuat Amir kehilangan