Mohon tunggu...
Ilfin Nadhir Alamsyah
Ilfin Nadhir Alamsyah Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Literasi / Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Menulis membuat aku berfikir, dengan berfikir membuat aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Penanak Nasi

21 Mei 2022   10:39 Diperbarui: 21 Mei 2022   10:48 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : archive.ivaa-online.org

Rupanya kawan seperjuangan  itu menceritakan detail kisah mereka saat sama-sama nyantri . 

" kau tahu,mengapa santri Fulan lebih banyak daripada santri Zaid dan makam itu bisa berubah tanpa sepengetahuan kita? Pertama, dahulu ketika Zaid nyantri Ia selalu merasa paling benar dalam hal syariat, Ia sering menyalahkan Fulan saat Fulan melakukan hal yang tidak disukai olehnya, termasuk menanak nasi untuk para santri. Zaid selalu merasa dirinya yang paling baik di mata Allah, namun ia sering lalai terhadap sesama, Ia sering mencaci orang lain dan adiknya dalam hal agama. meskipun Ia selalu mendirikan sholat di malam hari namun ia lupa bahwa ia sering menyakiti adiknya. Kendati demikian, si Fulan tidak pernah membalasnya, si Fulan selalu sabar dan mendoakan yang terbaik untuk kakaknya itu dan saling peduli satu sama lain, tidak pernah berfikir buruk dan mencaci sesama manusia" 

Kesimpulan : puncak tertinggi seorang manusia di hadapan Tuhan adalah memanusiakan manusia, melihat dengan kebaikan apapun cipatakan Tuhan. Terikat oleh hal itu,bahkan dalam ilmu tasawuf, melihat makhluk bukan lagi sekadar wujud sebagai makhluk, namun wujud Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun