Enam bulan berlalu, 'A Whises Cafe' akhirnya buka dan berjalan dengan baik. Tidak megah, tidak pula viral tapu setiap yang datanh pasti paham rasanya. Hangat. Setiap sudutnya didekorasi dengan kutipan sastra dan cerita pelanggan. Jaya menyambut sendiri para tamu, menyeduhkan kopi dan sesekali duduk untuk mendengar cerita mereka.
Rio pun tidak luput datang, duduk di pojok sembari memperhatikan sekitar.
"Tempat ini kamu banget, Jay," ujarnya seraya tersenyum.
"Iya, mungkin nggak akan sebesar bisnismu, tapi ini rasanya... penuh."
Rio mengangguk. "Kamu memilih jalan yang nggak banyak orang berani ambil tapi justru itu yang buat kamu beda."
Setahun kemudian, A Wishes Cafe mulai dikenal dan ratingnya naik perlahan. Bukan karena promosi besar-besaran, tapi cerita yang menyebar dari mulut satu ke yang lain. Jaya membuka satu cabang baru, tetap berkonsep sederhana tapi terlihat tulus. Ia kadang masih ragu, ada takut tapi ia sendiri tahu bahwa keberanian bukan berarti tak punya rada takut, tapi memilih tetap melangkah meski ragu.
Dan di dinding Coffe Shop itu, tergantung sebuah kutipan yang menjadi semacam kompas bagi Jaya dan juga pengunjungnya.
'Bukan keberhasilan yang membuat kita hidup lebih bermakna, tapi keberanian untuk memilih jalan yang paling sesuai dengan hati adalah kunci utama.'
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI