Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Dengan Membaca Kamu Mengenal Dunia, Dengan Menulis Kamu Dikenal Dunia"*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berangkat Haji Berkat Sedekah Seribu Rupiah

1 Januari 2019   21:54 Diperbarui: 1 Januari 2019   22:13 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak di antara  kita yang mungkin akan bertanya "apakah saya bisa menunaikan ibadah haji walau keadaan miskin atau serba kekurangan? "Jangankan untuk mengumpulkan biaya haji yang setiap tahun selalu mengalami peningkatan, untuk makan saja susah", mungkin begitu kata mereka yang  serba kekurangan.

Haji ataupun umrah memang akrab dengan orang kaya, karena ibadah ini membutuhkan dana yang besar. Biayanya bisa dikatakan tidak akan turun. Tahun demi tahun, biayanya selalu saja mengalami peningkatan. Dari biaya 10 jutaan bisa menjadi 35 jutaan sekarang ini. Walaupun  begitu,  jumlah jamaah haji dari Indonesia tetap tidak  pernah susut, bahkan jumlah antriannya semakin  banyak saja.

Namun,  apakah bisa dibayangkan jika ada  yang  menunaikan ibadah haji hanya dengan Modal Seribu Rupiah Saja? Mustahil memang, namun jika Allah mengatakan "Kun" maka terjadilah seperti yang kisah nyata yang dialami oleh seorang ibu yang berprofesi sebagai pedagang. Ini kisahnya.

Pada hari minggu pagi yang cerah, seperti biasanya saya pergi belanja di salah satu pasar. Suatu ketika, saya belanja sembako pada seorang ibu setengah baya. Ada satu hal yang membuat saya tertarik. Saya tertarik melihat cara ibu tersebut melayani pembelinya.

Karena tertarik, setiap saya pergi ke pasar tersebut, maka saya selalu memperhatikan perilakunya dengan seksama, hingga berani untuk menanyakan siapa nama ibu tersebut langsung pada  orang yang bersangkutan. Semakin saya perhatikan, saya semakin penasaran untuk lebih mengikuti secara rutin kejadian demi kejadian yang diperagakan oleh ibu yang bernama Rosma tersebut.

Saya semakin bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan oleh ibu Rosma setiap kali melayani pembeli! Yang membuat saya semakin kagum, setiap kali ia selesai menjual barang dagangannya, maka secara spontan mulutnya selalu  tersenyum bergumam lirih dengan mengucapkan   "Alhamdulillah...."

Senyuman dan ucapan ini selalu dilakukan dan dikatakannya setiap kali selesai melakukan jual beli, baik ketika keuntungan yang didapatkannya banyak maupun sedikit. Mungkin, ini merupakan salah bentuk amalan syukurnya kepada Allah sebagai zat yang telah memberikan berbagai macam nikmat kepadanya.

"Senyum itu juga sedekah dik," ujarnya lirih kepadaku.

Bu Rosma selalu menebar senyuman, siapapun yang datang ke tempat dagangannya. (foto dok pri).
Bu Rosma selalu menebar senyuman, siapapun yang datang ke tempat dagangannya. (foto dok pri).
Ketika berjualan bu Rosma selalu sumringah menyapa orang2 yang datang. (foto dok pri).
Ketika berjualan bu Rosma selalu sumringah menyapa orang2 yang datang. (foto dok pri).
Dan yang tidak kalah menariknya, setiap kali ada peminta-minta yang menengadahkan tangannya mengharapkan pemberian, maka tidak ada satu pun yang tidak diberinya. Selalu ada saja yang diberikannya sambil mengulas  senyum. Hal ini juga berlaku bagi pengamen. Setiap kali ada yang mengamen, maka selalu akan diberinya uang. 

Meskipun ia sibuk melayani orang-orang yang sedang membeli barang dagangannya, ia tetap menyempatkan diri untuk berbagi dengan orang-orang yang meminta dan membutuhkan bantuannya. Uang logam Seribu Rupiah yang selalu disiapkan, diberikan kepada orang-orang tersebut.

Bu Rosma melayani orang-orang yang sedang membeli barang dagangannya. (foto dok pri)
Bu Rosma melayani orang-orang yang sedang membeli barang dagangannya. (foto dok pri)
Sayangnya, saya tidak pernah bertanya kepadanya, kira-kira ada berapa puluh orang dalam satu hari, orang miskin dan para pengamen yang diberinya sedekah.  Kejadian ini kelihatannya biasa-biasa saja, tetapi dibalik itu ada nilai yang sangat tinggi dalam kehidupan sosial dan kehidupan religius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun