Mohon tunggu...
MZainul Ichwan
MZainul Ichwan Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam

Cekatan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Dakwah dalam Islam

20 Juni 2025   14:15 Diperbarui: 20 Juni 2025   14:15 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : Nabawi.Mulia

Dakwah merupakan bagian penting dalam sejarah peradaban Islam. Sejak awal diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, dakwah menjadi metode utama dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia. Aktivitas ini bukan hanya menyangkut ajakan spiritual, tetapi juga proses transformasi sosial, budaya, dan politik.

Bagi mahasiswa muslim, memahami sejarah dakwah bukan hanya penting sebagai wawasan keislaman, tetapi juga sebagai inspirasi untuk melanjutkan perjuangan intelektual dan moral yang diwariskan para pendakwah terdahulu.

1. Dakwah pada Masa Nabi Muhammad SAW

Dakwah Islam dimulai langsung oleh Rasulullah SAW sebagai utusan Allah yang membawa risalah tauhid kepada umat manusia. Perjalanan dakwah beliau berlangsung dalam dua periode utama, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah, dengan tantangan danstrategi yang berbeda di setiap fasenya. Pada periode Mekkah, dakwah Rasulullah menghadapi penolakan keras dari kaum Quraisy, sehingga metode yang digunakan awalnya bersifat rahasia sebelum akhirnya disampaikan secara terang-terangan. Sementara itu, pada periode Madinah, Islam mulai berkembang sebagai sistem sosial dan pemerintahan, dengan pendekatan dakwah yang lebih terstruktur serta adanya perlawanan dari pihak-pihak yang merasa terancam oleh kemajuan

Islam.

Ciri khas dakwah Makkah:

  • Fokus pada penguatan aqidah dan tauhid.

  • Penanaman nilai-nilai moral dan keadilan.

  • Menghadapi tekanan fisik dan psikologis dari penguasa.

Fase Madinah (10 Tahun)

Setelah hijrah ke Madinah, dakwah berkembang dalam bentuk yang lebih luas. Islam tidak hanya sebagai ajaran spiritual, tapi juga sistem sosial dan pemerintahan. Nabi Muhammad SAW membangun komunitas plural yang terdiri dari Muslim, Yahudi, dan kelompok lain yang hidup berdampingan dalam Piagam Madinah.

Ciri khas dakwah Madinah:

  • Pembentukan masyarakat Islam yang inklusif.

  • Penegakan hukum Islam dan keadilan sosial.

  • Dakwah melalui diplomasi dan strategi politik.

2. Dakwah  Masa Khulafaur Rasyidin

Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin (632--661 M) menjadi periode krusial dalam perkembangan Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW. Empat khalifah pertama, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, memainkan peran penting dalam mempertahankan, memperluas, serta mengembangkan Islam melalui berbagai strategi dakwah. Metode dakwah yang digunakan pada masa ini meliputi ceramah di masjid, tanya jawab, pembelajaran Al-Qur'an, diskusi, korespondensi dengan penguasa asing, hingga ekspansi wilayah Islam. Selain itu, media utama yang digunakan adalah masjid sebagai pusat pengajaran Islam serta tulisan dalam bentuk mushaf.

3. Dakwah di Masa Dinasti dan Perkembangan Internasional 

Pasca runtuhnya Kekhalifahan Abbasiyah pada 1258 M, Islam tetap bertahan dan berkembang melalui berbagai dinasti dan kerajaan Islam, terutama Kesultanan Turki Utsmani (1299--1924 M). Sebagai salah satu kekuatan Islam yang paling berpengaruh selama lebih dari enam abad, Turki Utsmani tidak hanya menjadi penjaga Islam di Eropa tetapi juga mengembangkan strategi dakwah yang toleran terhadap non-Muslim dan menempatkan ulama dalam posisi penting dalam pemerintahan.

Faktor penting dakwah di luar Arab:

  • Peran pedagang Muslim yang berinteraksi dengan masyarakat lokal.

  • Peran ulama dan sufi dalam mendekatkan Islam dengan budaya setempat.

  • Adaptasi dakwah dengan tradisi dan kearifan lokal.

4. Dakwah di Era Kontemporer

Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara manusia dalam berkomunikasi dan mengakses informasi, termasuk dalam dakwah Islam. Jika pada masa lalu dakwah dilakukan melalui majelis taklim, khutbah di masjid, dan media cetak, maka saat ini dakwah telah merambah ke dunia digital melalui berbagai platform online. Pemanfaatan teknologi dalam dakwah membuka peluang besar untuk menjangkau umat Islam di berbagai belahan dunia dengan lebih cepat, efektif, dan interaktif.

Namun, di sisi lain, penggunaan teknologi digital dalam dakwah juga menghadapi berbagai tantangan yang perlu diantisipasi agar tetap sesuai dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, pembahasan ini akan mengkaji:

Media Sosial sebagai Sarana Penyebaran Ajaran Islam

  • Media sosial telah menjadi salah satu alat utama dalam penyebaran dakwah Islam di era digital. Platform seperti Instagram, YouTube, TikTok, dan Facebook memungkinkan para pendakwah menyampaikan ajaran Islam melalui berbagai format, seperti video pendek, infografis, hingga siaran langsung. Keunggulan media sosial terletak pada jangkauannya yang luas dan kemampuannya dalam menjangkau berbagai kalangan, terutama generasi muda. Dengan konten yang kreatif dan menarik, dakwah dapat tersampaikan secara lebih efektif, interaktif, dan mudah diakses kapan saja serta di mana saja.
  • Peran Media Sosial dalam Dakwah Islam: Media sosial telah menjadi salah satu alat dakwah paling efektif di era digital. Platform seperti Instagram, YouTube, TikTok, Facebook, dan Twitter memungkinkan penyebaran ajaran Islam dalam berbagai format, seperti: Video pendek yang berisi ceramah singkat dan motivasi Islami. Infografis tentang hukum-hukum Islam dan hadis.2.Dakwah Interaktif dan Keterlibatan Umat: Selain menyebarkan ajaran Islam, media sosial juga memberikan ruang untuk interaksi langsung antara ulama dan jamaah. Fitur komentar, pesan langsung (DM), dan live chat memungkinkan umat Islam bertanya langsung tentang permasalahan agama yang dihadapi.

Referensi

  1. Al-Azami, M. M. (2003). The History of the Qur'anic Text. Leicester: UK Islamic Academy.

  2. Al-Qardhawi, Yusuf. (1998). Fiqh al-Dakwah. Beirut: Muassasah al-Risalah.

  3. Shihab, Quraish. (2007). Wawasan al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

  4. Azra, Azyumardi. (2002). Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal. Jakarta: Kencana.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun