Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paus Fransiskus: Mengapa Dunia Merindukan Sosok Sepertinya?

22 April 2025   17:32 Diperbarui: 22 April 2025   17:32 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Misa di Katedral Rio de Janeiro (2013), Paus Fransiskus menyampaikan homili (NBCnews.com)

Seperti kata Anwar Abbas dari MUI, Paus adalah "tokoh yang cinta damai tanpa lelah menjembatani perbedaan". Tapi warisannya bukan untuk diratapi, melainkan untuk diteruskan. 

Seorang pemuda di Kupang, Stefanus Bili, bercerita bagaimana pidato Paus tentang pengungsi Rohingya menginspirasinya mendirikan komunitas literasi bagi anak-anak korban konflik. 

"Dia mengajarkan bahwa membantu sesama tak perlu menunggu jadi orang penting," ujarnya. 

Di akhir hayatnya, Paus Fransiskus pernah berujar: "Cintailah dunia ini dengan segala ketidaksempurnaannya." Kalimat itu mungkin adalah intisari dari semua yang ia perjuangkan: bahwa inklusivitas bukanlah politik pencitraan, melainkan keberanian untuk mengakui bahwa kita semua---kaya atau miskin, beriman atau skeptis---adalah peziarah yang sama-sama rentan. 

Di tengah gemuruh dunia yang semakin individualistik, sosok seperti dialah yang kita rindukan: seorang gembala yang tak hanya berbicara tentang kasih, tetapi hidup di dalamnya. 

Kini, ketika ribuan lilin berkedip di luar Katedral Jakarta, atau ketika umat di Vatikan berdoa dalam diam, pertanyaan reflektifnya menggelayut: "Apa yang akan kita lakukan untuk melanjutkan obor yang telah ia nyalakan?"

Jawabannya mungkin dimulai dari hal sederhana: menyapa tetangga yang berbeda keyakinan, mendengarkan cerita pengemudi ojek online, atau sekadar menahan diri untuk tidak membagikan ujaran kebencian di grup WhatsApp. 

Sebab, seperti kata Paus dalam salah satu homilinya, "Perdamaian tidak dibuat di ruang rapat, tetapi di jalan-jalan kecil tempat manusia saling menyapa." 

Dunia mungkin telah kehilangan seorang Fransiskus, tetapi semangatnya bisa hidup dalam setiap pilihan kita hari ini: untuk merangkul, bukan menyingkirkan; mendengar, bukan menghakimi. 

Bukankah itu cara terbaik mengenangnya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun