Seperti kata Anwar Abbas dari MUI, Paus adalah "tokoh yang cinta damai tanpa lelah menjembatani perbedaan". Tapi warisannya bukan untuk diratapi, melainkan untuk diteruskan.Â
Seorang pemuda di Kupang, Stefanus Bili, bercerita bagaimana pidato Paus tentang pengungsi Rohingya menginspirasinya mendirikan komunitas literasi bagi anak-anak korban konflik.Â
"Dia mengajarkan bahwa membantu sesama tak perlu menunggu jadi orang penting," ujarnya.Â
Di akhir hayatnya, Paus Fransiskus pernah berujar: "Cintailah dunia ini dengan segala ketidaksempurnaannya." Kalimat itu mungkin adalah intisari dari semua yang ia perjuangkan: bahwa inklusivitas bukanlah politik pencitraan, melainkan keberanian untuk mengakui bahwa kita semua---kaya atau miskin, beriman atau skeptis---adalah peziarah yang sama-sama rentan.Â
Di tengah gemuruh dunia yang semakin individualistik, sosok seperti dialah yang kita rindukan: seorang gembala yang tak hanya berbicara tentang kasih, tetapi hidup di dalamnya.Â
Kini, ketika ribuan lilin berkedip di luar Katedral Jakarta, atau ketika umat di Vatikan berdoa dalam diam, pertanyaan reflektifnya menggelayut: "Apa yang akan kita lakukan untuk melanjutkan obor yang telah ia nyalakan?"
Jawabannya mungkin dimulai dari hal sederhana: menyapa tetangga yang berbeda keyakinan, mendengarkan cerita pengemudi ojek online, atau sekadar menahan diri untuk tidak membagikan ujaran kebencian di grup WhatsApp.Â
Sebab, seperti kata Paus dalam salah satu homilinya, "Perdamaian tidak dibuat di ruang rapat, tetapi di jalan-jalan kecil tempat manusia saling menyapa."Â
Dunia mungkin telah kehilangan seorang Fransiskus, tetapi semangatnya bisa hidup dalam setiap pilihan kita hari ini: untuk merangkul, bukan menyingkirkan; mendengar, bukan menghakimi.Â
Bukankah itu cara terbaik mengenangnya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI