Ramadhan selalu datang dengan segala keberkahannya. Namun, bagi saya, dulu bulan suci ini tak lebih dari sekadar rutinitas tahunan yang hanya dijalani tanpa makna. Saya sering melewatkan puasa dengan berbagai alasan. Kesibukan, rasa malas, dan godaan duniawi menjadi alasan klasik yang membuat saya jarang berpuasa. Saya merasa hidup berjalan seperti biasa, tetapi di dalam hati, ada kekosongan yang tak bisa saya jelaskan.
Hari-hari saya dipenuhi masalah. Keuangan berantakan, pekerjaan terasa berat, hubungan dengan keluarga dan teman sering diwarnai konflik, serta hati saya selalu gelisah. Saya mencari pelarian ke berbagai hal, tetapi tak ada yang benar-benar membuat saya tenang. Setiap malam sebelum tidur, saya sering merenung dan bertanya-tanya, "Kenapa hidup saya begini? Apa yang salah?"
Suatu hari, seorang teman lama yang sudah lama tak bertemu datang berkunjung. Dia terlihat lebih tenang dan bahagia dibandingkan terakhir kali saya melihatnya. Kami mengobrol panjang, dan dia bercerita bagaimana Ramadhan telah mengubah hidupnya. Dia mengatakan bahwa berpuasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari kebiasaan buruk dan lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Perkataannya terus terngiang di kepala saya. Saat Ramadhan berikutnya tiba, saya memutuskan untuk mencoba berpuasa dengan niat yang lebih tulus. Hari pertama terasa berat. Kepala saya pusing, tubuh lemas, dan pikiran saya terus dipenuhi godaan untuk menyerah. Namun, saya bertahan. Saya berjanji pada diri sendiri untuk tidak menyerah begitu saja.
Seiring berjalannya hari, saya mulai merasakan perubahan. Saya belajar untuk lebih sabar dalam menghadapi masalah. Jika sebelumnya saya mudah marah dan stres ketika ada hal yang tak berjalan sesuai rencana, kini saya lebih tenang. Saya mulai melihat bahwa setiap masalah datang dengan pelajaran, bukan sekadar cobaan.
Puasa juga mengajarkan saya arti bersyukur. Dulu, saya sering mengeluh tentang hidup. Saya merasa kurang ini dan itu. Namun, saat berbuka dengan makanan sederhana, saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Saya mulai memahami bahwa kebahagiaan bukan berasal dari harta atau kesuksesan duniawi, tetapi dari hati yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
Selain itu, hubungan saya dengan keluarga membaik. Jika sebelumnya saya jarang menghabiskan waktu bersama mereka, kini kami sering berbuka puasa dan sahur bersama. Obrolan-obrolan kecil yang dulu terasa biasa kini menjadi momen berharga yang saya nantikan setiap hari. Saya mulai menyadari betapa berharganya keluarga dalam hidup saya.
Tidak hanya itu, dalam pekerjaan pun saya merasakan perbedaan. Saya lebih fokus, lebih produktif, dan tidak mudah terbawa emosi. Jika sebelumnya saya sering merasa terbebani dengan tekanan kerja, kini saya menjalaninya dengan lebih ikhlas. Saya belajar bahwa bekerja bukan hanya untuk mencari nafkah, tetapi juga sebagai bentuk ibadah.
Yang paling luar biasa adalah ketenangan yang mulai mengisi hati saya. Dulu, saya sering merasa cemas dan gelisah tanpa alasan yang jelas. Namun, dengan lebih banyak beribadah, berdoa, dan membaca Al-Qur'an selama Ramadhan, saya merasakan kedamaian yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Saya mulai memahami bahwa mendekat kepada Allah adalah kunci untuk menemukan ketenangan sejati.
Masalah dalam hidup saya memang tidak hilang begitu saja. Namun, saya kini melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda. Jika dulu saya menganggap masalah sebagai beban, kini saya melihatnya sebagai bagian dari perjalanan hidup yang harus dihadapi dengan kesabaran dan keikhlasan.