Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Transformasi Jakarta Menuju IKN Nusantara

27 Juli 2022   00:51 Diperbarui: 12 Agustus 2022   15:07 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekerja menyelesaikan pekerjaan persiapan jelang seremoni ritual Kendi Nusantara di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara (Antara Foto/Hafidz Mubarak A via KOMPAS.com)

Pelabuhan tersebut berada di bawah kekuasaan kerajaan Hindu Tarumanagara, lalu diteruskan oleh Kerajaan Hindu Sunda sejak 669 M hingga kembali dipersatukan Sunda dan Galuh oleh Saniaya dan dikenal kemudian menjadi Kerajaan Hindu Pajajaran.

Tak hanya itu dalam sejumlah prasasti Purnawarman juga tercatat pernah melakukan normalisasi Sungai Citarum yang melewati wilayah Bandung, Bandung Barat, Kota Bandung, Cianjur, Purwakarta, Karawang, hingga Bekasi, Setu Gangga di Cirebon, Sungai Cupu di Subang dan Sungai Cimanuk di Indramayu.

Pada tahun 1526, Fatahillah, dari Kesultanan Demak menyerang pelabuhan Sunda Kelapa. Sunda Kelapa berhasil direbut kemudian diganti nama menjadi Jayakarta.

Kemudian pada tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen.

Pada saat kekuasaan VOC Belanda, Jayakarta berganti nama menjadi Batavia dan tercatat pernah mengalami banjir hebat tahun 1621, 1654, 1872, 1893, 1909, 1918 dan tahun 1932.

Belajar dari kehebatan Raja Purnawarman, maka untuk mengendalikan banjir Batavia, Belanda membangun pintu air Katulampa serta Banjir Kanal Barat yang masih berfungsi hingga saat ini.

Pada tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia diubah menjadi Jakarta.

Saat Republik Indonesia baru lahir, Sukarno yang berlatar belakang Insinyur Sipil punya visi besar untuk membangun Jakarta sebagai identitas bangsa dengan membangun Monumen Nasional (Monas), Mesjid Istiqlal, Patung Selamat Datang Bunderan HI pada tahun 1961.

Ketika Bung Karno mengunjungi Uni Soviet pada 1960 terinspirasi untuk membuat Patung Pahlawan yang saat ini dikenal dengan Tugu Tani. 

Menurut Sarwo Edhi patung tersebut dicap Komunis namun dibantah oleh Adam Malik yang menerima instruksi langsung dari Bung Karno bahwa patung tersebut menggambarkan seorang ibu yang rela dan senang melepas para pejuang untuk merebut Irian Barat.

Mengambil momen Asian Games 1962 walaupun kondisi negara melalui berbagai pemberontakan dan krisis ekonomi, Sukarno ingin membuktikan kepada dunia luar, bahwa Indonesia adalah negara yang besar dan tidak dipandang sebelah mata oleh negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun