Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Transformasi Jakarta Menuju IKN Nusantara

27 Juli 2022   00:51 Diperbarui: 12 Agustus 2022   15:07 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekerja menyelesaikan pekerjaan persiapan jelang seremoni ritual Kendi Nusantara di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara (Antara Foto/Hafidz Mubarak A via KOMPAS.com)

Maka dibangunlah Stadion Utama Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Wisma Nusantara, dan TVRI pada tanggal 24 Agustus 1962.

Lalu TVRI mengudara perdana dengan tayangan penyelenggaraan Asian Games ke IV di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Bung Karno juga menggagas untuk membangun pusat perbelanjaan di Jakarta yang saat ini menjadi mal tertua di Indonesia untuk mewadahi kegiatan perdagangan produk dalam negeri serta mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia. Maka dibangunlah Gedung Sarinah.

Kemudian dibangun Patung Dirgantara (Tugu Pancoran), Patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, Gedung DPR/MPR tahun 1965.

Dari sejumlah bangunan monumental tersebut dapat dikatakan bahwa Jakarta yang megah saat ini yang membentang dari Monas hingga Fatmawati dan dari Cawang hingga Grogol merupakan pengembangan kota karya visoner Bung Karno. Karena warisan kota yang dibangun Belanda adalah dari Istana Negara ke Utara hingga Kota Tua.

Setelah kemerdekaan pun Jakarta masih berurusan dengan banjir. Pada tahun 1965, era Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin membentuk Komando Proyek Pencegahan Banjir yang kemudian berganti nama menjadi Proyek Pengendalian Banjir Jakarta Raya tahun 1972.

Pada periode kepemimpinan Gubernur Sutiyoso hingga Fauzi Bowo, DKI Jakarta membangun Banjir Kanal Timur yang diharapkan sebagai pengendali banjir untuk menampung limpasan debit air Kali Ciliwung.

Di era Gubernur Jokowi hingga Ahok dilakukan prioritas pengendalian banjir dengan normalisasi Kali Ciliwung, Pesanggrahan dan seluruh sungai yang ada di Jakarta walaupun dengan konsewkensi menggusur warga yang tinggal di bantaran sungai. Mereka dikompensasi dipindahkankan ke kampung deret dan rumah susun.

Hanya sayang Gubernur Anies tidak melanjutkan pembangunan sodetan untuk mengalirkan limpasan debit Kali Ciliwung ke Banjir Kanal Timur namun dilakukan dengan hanya membuat sumur resapan. Pemahaman pengendalian banjir terjebak dengan istilah "normalisasi" dan "naturalisasi".

Jakarta yang semakin berkembang dan padat oleh kemacetan walaupun telah terbangunnya Tol Dalam Kota, Tol Jagorawi, Tol Cikampek, Tol Tomang era Soeharto membutuhkan tindakan revolusioner untuk mengurai kemacetannya. Maka pada tanggal 21 September 2015 adalah hari bersejarah bagi Indonesia dalam membangun sistem transportasi massal modern.

Melalui PT MRT Jakarta memulai pengeboran bawah tanah di sekitar Bundaran Senayan, Jakarta Selatan, untuk jalur transportasi massal cepat (Mass Rapid Transit/MRT) dengan konsekwensi harus menggusur Stadion Lebakbulus yang diperuntukkan sebagai depo gerbong kereta MRT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun