Pengoperasian mesin pengeboran atau tunnel boring machine (TBM) yang diberi nama Antareja ini diresmikan langsung oleh Presiden Jokowi.
Bukan hanya MRT, Jaringan Tol Lingkar Luar (JORR1 dan JORR2) pun disambung serta proyek Tol yang mangkrak dibangun kembali. Bahkan untuk angkutan massal sedang dalam progress pembangunan Light Rapid Transit (LRT) Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta Bandung untuk menjadikan "Megapolitan" Jakarta sebagai pusat bisnis sebelum pusat pemerintahan dipindah ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur tahun 2024.
Dalam menyambut penyelenggaraan Asian Games 2018 oleh pemerintah pusat, Jakartapun dipercantik dengan renovasi total kawasan Gelora Bung Karno, penataan pedestrian, trotoar, stasiun MRT yang terintegrasi dengan stasiun Busway sepanjang jalan protokol Sudirman-Thamrin sebagai etalase utama Jakarta yang semakin modern.
Prinsipnya urban development itu harus menjawab persoalan kota yang paling mendasar dan ramah untuk semua strata sosial dengan fasum dan fasos yang memenuhi kebutuhan. Sehingga hadirnya infrastruktur yang baik, moda transportasi yang murah, ramah lingkungan dan terintegrasi dengan ruang publik yang menjadikan Jakarta semakin mudah diakses dari manapun luar Jakarta akan melahirkan bertemunya anak-anak muda kreatif.
Yang penting mereka aware dengan budaya bersih, menghargai hak orang lain di ruang publik dan turut serta meniaga fasum dan fasos dengan tidak melakukan vandalisme.
Jika nanti beroperasinya LRT dan Kereta Cepat Jakarta Bandung maka mobilitas orang keluar masuk Jakarta akan semakin padat. LRT bisa membuka lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat, baik selama proyek berlangsung hingga saat telah beroperasi.
LRT dan penambahan panjang koridor MRT hingga Ancol yang masih dalam fase konstruksi diharapkan dapat mengurangi kemacetan secara signifikan, penggunaan BBM oleh kendaraan pribadi, sehingga udara Jakarta menjadi lebih bersih yang berdampak pada kesehatan masyarakat.
LRT juga berpotensi mengembangkan kawasan baru hingga menumbuhkan sentra ekonomi baru sekitar stasiun, semisal dibangunnya hunian vertikal/apartemen.
Meningkatnya mobilitas orang dari luar Jakarta tentunya harapannya tidak menjadi beban sosial dan Jakarta harus tetap ramah untuk semua warga negara, modern, berkelas dunia. Bukan disalahgunakan untuk makin memudahkan mobilisasi orang untuk aksi demo yang tidak jelas.
Predikat Jakarta sebagai miniatur Indonesia, keberagaman harus dipertahankan tanpa mengekploitasi simbul-simbul primordial dan sektarian. Jika itu sampai terjadi maka merupakan sebuah kemunduran peradaban.
Dilain pihak upaya pemindahan pusat pemerintahan ke Ibu Kota Negara Nusantara, Kalimantan Timur yang dirancang sebagai representasi kota keberagaman dengan desain smart city, green city, forest city harus jauh lebih baik dari Jakarta.