Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Lagu Pop Sunda Tak akan Lepas dari Nama Nining Meida dan Album "Kalangkang"

28 Mei 2023   09:21 Diperbarui: 28 Mei 2023   09:25 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nining Meida saat tampil di konser tunggalnya tahun 2012 di Sasana Budaya Ganesha Bandung|sumber: tribunnews.jabar

Saya mengenal banyak lagu jadul berbagai genre dari mendiang bapak saya.  Ya, dari lagu-lagu milik The Beatles, Elvis Presley, Selena Jones, Nat King Cole, Procol Harum, Harry Belafonte, Neil Sedaka, Ermi Kulit, Bob Tutupoly sampai Nining Meida.

Etapi siapakah Nining Meida?

Nining Meida adalah salah satu penyanyi lagu pop sunda yang sangat populer pada tahun 80-90an.  Suara khasnya terdengar sangat indah ketika membawakan lagu-lagu pop berbahasa sunda dengan iringan musik elektone/keyboard serta kecapi-suling nan mendayu.

Salah satu album musik yang dimiliki bapak saya dari wanita yang kini berusia 57 tahun itu adalah "Kalangkang."  

Meskipun muatannya berbahasa daerah namun album yang rilis tahun 1988 ini memiliki angka penjualan yang tinggi yaitu lebih dari dua juta kopi, hal yang belum pernah dialami oleh album musik sejenis.

Musik dan liriknya yang sederhana membuat lagu-lagu dalam album yang ada di bawah label rekaman Purnama Records ini selalu terngiang-ngiang di telinga.

Wanita yang menggemari tembang Cianjuran ini dalam album "Kalangkang" berkolaborasi dengan Kang Adang Cengos dan diiringi musik oleh Getek's Grup. 

Nama-nama yang lucu, bukan? Ya, bila "cengos" berarti gak bisa diam alias banyak omong maka "getek" berarti geli, ahahah, sempet-sempetnya ngebahas ini ya.

Album "Kalangkang" berisi 12 lagu yang semuanya asyik untuk didengarkan.

Ya, lagu pertama berjudul "Kalangkang" yang ditulis oleh Nano Suratno.  Kang Nano ini merupakan salah satu maestro musik sunda yang namanya telah melegenda.  

Lagu yang merupakan hasil dari kreatifitas Kang Nano dalam memainkan kecapi, suling, dan koto (alat musik petik dari Jepang) ini pada tahun 1989 berhasil meraih penghargaan BASF Award dan satu tahun kemudian berhasil menyabet penghargaan HDX Award.

Awalnya "Kalangkang" dipersiapkan sebagai lagu degung namun karena dirasa lebih sempit jangkauannya akhirnya lagu yang diiringi musik pentatonis ini rilis dalam gaya pop.

Mungguhing dina impenan
Geuning sakitu deudeuhna
Kanyaah nu wening bersih
Satia jadi kakasih

Dua lagu Kang Nano lainnya yang dinyanyikan oleh penyabet penghargaan dari Original Record Indonesia Award sebagai penyanyi pop Sunda yang telah merilis 100 lagu ini adalah "Potret Manehna" dan "Anjeun."

Bila "Potret Manehna" berkisah tentang LDR-an dengan media foto sebagai perantaranya maka "Anjeun" bercerita tentang seseorang yang sedang kasmaran pada pasangannya namun tragisnya sang pujaan hati telah berkeluarga.

Aduh....aduh...aduuuuuuuuhhh...
Ngan saeutik hanjakalna
Lamun tepang osok ngajak rurusuhan
Dasar kudu kanyahoan
Horeng anjeun geus rimbitan

Wahahahah hadeeh.

Nah, salah satu lagu yang kerap diputar dalam pesta pernikahan Sunda adalah "Tisaprak."  Dalam lagu ini, Adang Cengos lah yang banyak bernyanyi.

Lagu ini berkisah tentang rasa khawatir gundah gulana yang meraja kepada seseorang dari saat pertama kali bertemu.

Tisaprak ngawitan tepang
Hat jadi hariwang
Inggis anjeun teu surti
Da abdi mah nganti-nganti

Tak hanya menyanyikan lagu-lagu baru, Nining Meida dalam album "Kalangkang" ini pun membawakan nomor-nomor yang telah banyak dikenal oleh masyarakat Priangan.

Lagu-lagu seperti "Mojang Priangan", "Bubuy Bulan", "Es Lilin", "Borondong Garing", dan "Peuyeum Bandung" dinyanyikan kembali oleh Nining Meida dengan nuansa pop yang kental.    

Saya cukup akrab dengan 5 lagu berbahasa Sunda di atas.  Saya lupa berkenalan dengan lagu-lagu tersebut lewat media apa sampai akhirnya bisa menempel di telinga.

"Mojang Priangan" diciptakan oleh salah satu juru kawih atau pesinden terkenal bernama Iyar Wiyarsih dan diciptakan pada sekitar tahun 1960-an.  Sebelum dipopulerkan kembali oleh Nining Meida, lagu yang berkisah tentang gadis Priangan ini pernah dibawakan oleh Upit Sarimanah dan Titim Fatimah.

Satu lagu lama yang dinyanyikan kembali oleh wanita yang hobi bertanam ini adalah "Bubuy Bulan."  Lagu ini diciptakan oleh Benny Corda, seorang musisi dan pencipta lagu pada era 1950-an.

Lagu "Bubuy Bulan" pertama kali dipopulerkan oleh Nina Kirana yang merupakan istri dari Benny Corda lalu diremake pada tahun 1980-an oleh Nining Meida sebagai salah satu track pop Sunda.

Nah, tiga lagu klasik lain yang dibawakan ulang dengan nuansa pop oleh Nining Meida merupakan lagu-lagu yang bersentuhan dengan nama makanan yang berasal dari tatar Sunda, salah satunya "Es Lilin."

Lagu yang berisi curahan hati seorang perempuan yang merasa galau gundah gulana ketika didekati oleh lelaki ini memiliki sampiran dan isi bak pantun.

Pencipta lagu "Es Lilin" masih menjadi perdebatan hingga kini, namun konon lagu ini diciptakan oleh Ibu Mursyih atau Ni Mursih.  Lagu "Es Lilin" langsung melejit kembali ketika dinyanyikan oleh Nining Meida pada tahun 1988 silam.

"Borondong Garing" diciptakan oleh Rudy Rusady yang merupakan anggota dari band irama Latin bernama Los Morenos yang tenar sekitar tahun 1960 sampai 1980-an.  

Lagu yang kembali dipopulerkan oleh wanita yang termasuk dalam jajaran 300 inohong atau tokoh Jawa Barat di Hall of Fame Bapusipda ( Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah) ini berkisah tentang makanan dari daerah Jawa Barat khususnya Majalaya, Soreang, Banjaran, dan Bandung yang berasal dari beras ketan dan jagung.

Satu lagi lagu yang dibawakan oleh ibu dari 3 putra yang berbau-bau makanan adalah "Peuyeum Bandung."  Lagu yang diciptakan oleh Sambas Mangundikarta ini berkisah tentang makanan khas Bandung berupa tape singkong yang dikenal dengan nama peuyeum.

"Sorban Palid/Kang Haji" menjadi salah satu lagu favorit saya.  Nomor ini dalam dunia permusikan Sunda liriknya masuk dalam bentuk sisindiran alias puisi heubeul atau puisi lama.

Lagu ini sangat menyenangkan didengar karena diaransemen dengan ringan dan berbalut vokal Nining Meida yang menawan.

Akang Haji sorban palid.
Palidna ka Cilamaya
Akang haji sumangga calik
Nyanggakeun mah saaya-aya.

Lagu "Ka Bulan" selalu membuat saya tersenyum karena liriknya.  Ya, Ceu Nining berkisah bila bisa ke bulan ia akan membawa semua saudaranya, mensukseskan program KB agar tidak seperti di dunia yang telah penuh sesak, dan melestarikan kebudayaan sunda dengan balutan musik riang ringan.

Mun pareng nincak ka bulan
Hayang ngaronjatkeun budaya sunda
Ketuk tilu, jaipongan
Moal leungit sanajan pindah ka bulan

"Ngalamun" yang dalam bahasa Indonesianya berarti melamun merupakan lagu selanjutnya yang ada di album "Kalangkang."  Lagu ini berkisah tentang kerinduan seorang wanita kepada mantan kekasihnya.

Walaupun liriknya sedikit perih namun melodinya dapat dikatakan cukup ceria, happy sad song gitu lah, heuheu.

"Rame-rame" menjadi lagu penutup yang menyenangkan untuk didengar.  Liriknya berupa ajakan mensukseskan pembangunan dengan bergotong-royong, gak banyak omong, kerja ... kerja...kerja... dengan dukungan program Keluarga Berencana.

Walaupun saya berdarah Jawa tapi saya lahir di tanah Sunda oleh karena itu saya sangat akrab dengan lagu-lagu berbahasa Sunda.

Saya suka dengan logat dan cengkok para penyanyi Sunda.  Dan mendengarkan lagu-lagu Ceu Nining Meida di album "Kalangkang" ini selalu membuat hati kasuat-suat, deudeuh teuing, weuuceuuu.

Sekian.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun