Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Rajin dan Jujur, Akankah di Abad 21 Harus Tergusur?

27 September 2025   22:09 Diperbarui: 27 September 2025   22:09 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: hasil tangkap layar kompas dot com

Anak-anak, apalagi di sekolah tingkat dasar, memang harus belajar bertanggung jawab untuk bersikap jujur. Ada, atau tidak ada guru yang mengawasi mereka.

Namun tentu saja, anak-anak ini tetap butuh pengawasan. Misalnya saat ujian, rasanya bukan hal yang pas jika guru malah pergi meninggalkan anak di kelas tanpa pengawasan. Atau, gurunya ada di kelas, tapi anak dibiarkan saling menyontek. Tanpa ditegur sedikit pun! Jika ada yang seperti itu, saya malah berpikir, di mana wibawa seorang guru sampai anak kok tidak punya takut untuk berlaku curang di depan gurunya?

Karena itu saya sepakat dengan ujaran seorang teman, guru yang berkualitas, seperti yang saya keluhkan tadi, malah akan membuat anak pintar jadi bermasalah. Anak rajin, malah kehilangan motivasi. 

Dan hal ini sungguh benar adanya. Anak pintar yang tahu celah kecurangan, justru menggunakan kepintarannya untuk mendapatkan keuntungan. Misalnya jual beli tugas atau PR yang dilakukan teman anak saya yang masih duduk di kelas 2 SD. Atau saat anak ini besar nantinya, dia bisa menjadikan kecerdasannya untuk menjadi joki ujian.

Sumber: hasil tangkap layar kompas dot com
Sumber: hasil tangkap layar kompas dot com

Sementara anak yang rajin, yang sudah berusaha payah belajar sebelum ujian namun nilainya kalah dengan anak yang curang, kemungkinan lama-lama bisa terpikir untuk ikut-ikutan curang. Ia sudah di titik kehilangan motivasinya.

Lantas bayangkan kondisi ini berlarut-larut. Mau jadi apa bangsa Indonesia di abad 21 yang sudah berjalan 24 tahun ini? Besar harapan saya, banyak pihak makin sadar, bahwa pendidikan bermutu untuk semua itu dapat menyentuh anak-anak yang sudah sekuat usaha memertahankan integritasnya. Jangan sampai anak-anak ini malah tersingkir oleh proses seleksi yang diisi kemenangan oleh mereka yang sudah melakukan kecurangan. 

Saya sangat sepakat dengan quotes dari Bapak Menteri Dikdasmen kita, Bapak Abdul Mu'ti. Yang terpenting adalah ilmu. Bukan kelulusan sebagai tujuan utama. Karena ketika kelulusan yang jadi titik fokusnya, siapapun bisa melakukan berbagai cara. Termasuk kecurangan!

Sumber foto: Instagram Kemendikdasmen
Sumber foto: Instagram Kemendikdasmen

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun