Korupsi jadi Budaya, Dimulai dari Mana?
Apa yang dikeluhkan oleh teman saya di status WA-nya sebetulnya ada dasarnya. Nyatanya, ada hubungan antara budaya korupsi yang saat ini masih merajalela di Indonesia, dengan budaya kecurangan dalam ujian pada anak-anak di sekolah.
Mari kita bicara tentang korupsi terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi berarti penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara, atau perusahaan dan sebagainya, untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Kata korupsi jika diikuti oleh waktu, bahkan bisa juga berarti penggunaan waktu dinas untuk urusan pribadi.Â
Intinya, istilah korupsi bisa dilekatkan pada segala aktivitas yang berkaitan dengan penyalahgunaan untuk kepentingan pribadi.Â
Sementara itu, berdasarkan Laporan Kumpulan Data Seputar Korupsi di Indonesia 20 tahun terakhir hingga 2024 yang saya dapati dari dataindonesia.id ada hal unik tentang fenomena korupsi di Indonesia.Â
Berdasarkan laporan Transparency International Indonesia atau TII, Indeks Persepsi Korupsi atau IPK Indonesia pada tahun 2024, faktanya mengalami peningkatan menjadi 37 poin.Â
Uniknya, menurut Badan Pusat Statistik atau BPS, sikap masyarakat terhadap korupsi malah makin permisif atau terbuka. Banyak masyarakat yang membolehkan, membiarkan, atau mengizinkan praktek korupsi ini terjadi di sekitarnya. Hal ini ditandai dengan menurunnya skor Indeks Perilaku Anti Korupsi atau IPAK pada tahun 2024.
Ini artinya, korupsi makin banyak. Namun makin banyak juga masyarakat yang tidak peduli, atau membiarkan itu terjadi. Padahal korupsi itu bagian dari kecurangan. Ada oknum yang sengaja tidak jujur, tidak adil, atau menipu pihak lain, demi meraih keuntungan dirinya sendiri.
Karena itulah, saya dan teman saya pun sependapat, kecurangan dalam ujian anak-anak di sekolah juga satu di antara akar masalah dari korupsi yang dilakukan orang-orang dewasa. Sejak kecil sudah berani curang, tidak jujur dalam ujian.
Parahnya, orang-orang di sekitarnya lalu abai tentang hal ini. Menganggap biasa, tidak memberi konsekuensi apapun. Alhasil sikap curang ini lantas menjadi budaya yang terbawa hingga dewasa, hingga di dunia kerja.
Pendidikan Bermutu tidak Hanya untuk Mengejar Prestasi