Mohon tunggu...
Ika Kartika
Ika Kartika Mohon Tunggu... Communicating Life

PNS yang percaya bahwa literasi bukan cuma soal bisa baca, tapi soal mau paham. Kadang menulis serius, kadang agak nyeleneh. Yang penting: ada insight, disampaikan dengan cara yang asik, dan selalu dari kacamata ilmu komunikasi—karena di situlah saya belajar dan bekerja. Seperti kata pepatah (yang mungkin baru saja ditemukan): kalau hidup sudah terlalu birokratis, tulisan harus tetap punya nyawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Clever Idiot: Ketika Kursi Diduduki Bukan oleh Yang Layak, tapi Yang Lihai

10 Juli 2025   09:25 Diperbarui: 10 Juli 2025   09:25 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Meritokrasi yang Dikeroyok Kelicinan

Banyak orang berharap bahwa sistem kepegawaian saat ini telah mengarah ke meritokrasi. Tapi di lapangan, meritokrasi sering dikeroyok oleh tiga hal: kedekatan, kelicinan, dan kepatuhan.

Nilai asesmen bisa bagus, CV bisa bersinar, tapi jika tidak dekat dengan lingkaran tertentu, maka harapan naik jabatan hanya tinggal angan.
Sementara dia yang "pintar menjaga relasi"---meski nilainya di bawah rata-rata---tetap bisa naik dan bertahan. Karena ia tidak membuat ancaman, tidak banyak tanya, dan tahu diri dalam konteks yang menyimpang.

Ironisnya, justru orang yang paling tidak paham pekerjaan sering kali yang paling tidak menimbulkan konflik. Karena mereka tidak akan mengoreksi siapa-siapa. Mereka hanya menandatangani, mendisposisi, dan---kalau ada peluang---menagih.

Ketika Ketidakmampuan bukan Lagi Jadi Hal yang Memalukan

Yang paling menyedihkan adalah:
ketidakmampuan itu tidak lagi dianggap masalah.
Bahkan jadi bagian dari keseharian birokrasi.

Tidak tahu bukan hal memalukan.
Salah ketik surat resmi bukan aib.
Menyerahkan semua kepada staf dianggap efisiensi.
Menerima fee dari rekanan dianggap wajar---asal tidak ketahuan.

Sementara staf yang masih berpikir, yang masih belajar, yang masih bertanya... mulai merasa asing.
Bukan karena mereka salah. Tapi karena mereka membuat sistem ini tampak buruk, hanya dengan berpikir benar.

Maka, Orang Baik Terpaksa Mendongak

Orang baik dan kompeten tidak punya banyak pilihan selain mendongak setiap hari, melihat ke atas dan berpura-pura tidak kecewa.
Mereka masih bertahan karena ada tanggung jawab pada pekerjaannya.
Karena malu pada diri sendiri jika ikut rusak.
Karena masih percaya pada masa depan birokrasi yang lebih waras.

Namun sejujurnya, mereka lelah.
Lelah berpura-pura hormat pada orang yang bahkan tak paham apa yang sedang ia pimpin.
Lelah berpura-pura menganggap semua ini normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun