Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cintamu Tak Pernah Setengah Hati

31 Desember 2021   05:20 Diperbarui: 31 Desember 2021   05:24 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perasaan itu bergejolak dalam jiwaku, antara mengizinkan atau melarang Bapak untuk menikah kembali. Semalaman aku tak bisa memejamkan mata sekejap pun, aku gelisah, aku bingung, seakan aku akan kehilangan Bapak untuk selamanya.

Esoknya, Bapak tersenyum melihat aku duduk sendiri dengan mata yang lebab, karena semalam kurang tidur, aku bisa melihat bapak terlihat sedih, tapi masih menyimpan harapan, kalau aku harus menjawab secepatnya.

Setiap berpapasan dengan Bapak, aku berusaha menghindar agar aku tak di tanya, perihal pertanyaan Bapak kemaren. semakin aku menghindar semakin aku bingung, harus jawab bagaimana. Dari jendela kamar aku melihat bapak duduk di kursi teras, pandangannya jauh ke depan tanpa isi, aku tahu Bapak gelisah, menunggu jawabanku.

Tuhan, beri aku jalan terbaik, beri aku keputusan yang tidak menyakiti siapappun.

Dengan berat hati, akhirnya aku memberikan jawaban, dan mengijinkan Bapak untuk menikah lagi

"Pak, Bapak boleh menikah lagi, kalau itu yang terbaik", sahutku di suatu sore.

"Benarkah teh?" tanya Bapak seolah tak percaya dengan jawabanku.

"Ya, Pak", sahutku (walau aku tahu, hati kecilku tak mengijnkan, aku di bayang-bayangi oleh banyak cerita, kalau ibu tiri hanya cinta pada Bapakku saja, seperti syair lagu) hemmm.

Bapakku memeluk erat, dan aku bisa merasakan kalau hati dan perasaan Bapak sedang bahagia.

Di suatu sore, kami kedatangan tamu, dua orang bapak dan seorang perempuan yang berpenampilan sederhana, aku tidak tahu apa yang mereka obrolkan di ruang tamu, yang aku tahu bi oyok membuat teh dan menyajikan kue buat tamu itu.

Tak berapa lama, aku di panggil Bapak, dan mengenalkan tamu-tamu itu. Dan dugaanku tepat, mereka adalah keluarga dari perempuan yang akan menikah dengan Bapak. Entah apa perasaanku, senang, sedih, atau bagaimana. Aku hanya tersenyum dengan perasaan gak karuan. aku hanya berdoa, Tuhan berikan aku kekuatan , dan seandainya ini yang terbaik, semoga Bapak bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun