"Kek, Rani dapat nilai ulangan IPS 90," kata Rani.
"Wah, kamu hebat, Nak! Tetap rajin belajar ya agar suatu saat cita-citamu bisa tercapai."
"Iya, Kek. Semoga bisa seperti Bu Tuti, ya!" kata Rani sambil membayangkan sosok Bu Tuti yang merupakan wali kelas Rani.
Malamnya, Pak Ilham makan sangat lahap. Istrinya sangat senang melihat tingkah suaminya. Setelah menikmati makan malam, Pak Ilham menghabiskan waktunya bersama istrinya menyaksikan acara kesukaan mereka. Sesekali mereka tertawa, sesekali bercerita. Sementara Rani masih berkutat dengan buku yang baru dibeli Pak Ilham. Rani sangat senang karena kakeknya sering membelikan atau memberinya buku yang didapat kakeknya dari pelanggan bajaj. Ya, Pak Ilhamlah yang selalu mendorong Rani untuk terus membaca.
"Tidur Nak!" kata Pak Ilham menasihati cucunya.
"Bentar lagi, Kek. Buku ini ceritanya seru!" Pak Ilham tersenyum melihat tingkah laku cucunya. Dia paham jika sikap cucunya sama dengan dirinya keras kepala.
"Rani, istirahat dulu. Besok pagi 'kan harus bantu nenek." Rani pun mengikuti perkataan Kakeknya.
Pak Ilham masuk ke kamar. Dia sudah mendapati istrinya terlelap. Kemudian, dia mencium kening istrinya. Mereka pun tertidur.
Pagi-pagi Pak Ilham dan istrinya bangun untuk menyiapkan jualan. Rani pun ikut membantu kakek neneknya. Setelah semuanya selesai, Pak Ilham pamit mengatar Mpok Atik ke pasar untuk belanja.
Bu Ilham dan Rani terlihat buru-buru membawa jualannya ke gerobak. Bu Ilham berangkat ke depan Kompleks Mawar sambil mendorong gerobaknya. Sesampainya di sana, sudah ada Bu Tono dan beberapa orang menunggunya. Tampak Mbak Dwi sudah siap di depan kompleks.
"Bu, Bapak ke mana? Jam segini kok belum sampai?" tanya Mbak Dwi.