"Ya, hati-hati ya, Pak!" jawab Bu Ilham.
Pak Ilham langsung berangkat mencari penumpang. Sebenarnya, Pak Ilham belum sembuh total dari penyakit asma yang dideritanya dua tahun belakangan ini. Namun, dia bekerja keras untuk istri dan Rani. Melihat ibunya Rani yang hanya tamat SMP, dia berharap Rani bisa lebih dari ibunya. Pak Ilham berharap Rani bisa mengenyam pendidikan sampai di bangku kuliah.
"Pak, Ilham!" teriak Bu Tarso.
Pak Ilham pun langsung menoleh ke pintu gerbang SD Mawar dan mendapati Bu Tarso bersama Budi anaknya."
"Oh, ya, Bu. Sudah mau pulang?" tanya Pak Ilham dengan santun.
"Iya, Pak!" jawab Bu Tarso.
Pak Ilham pun menepikan bajajnya tepat di depan Bu Tarso dan membukakan pintu bajaj. Pak Ilham lalu melaju ke rumah Bu Tarso yang terletak di Kompleks Melati.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Pak Ilham langsung menepikan bajajnya dan melihat ponselnya siapa gerangan yang meneleponnya. Oh, ternyata Pak Danu, temannya yang juga merupakan sopir bajaj.
"Assalamualaikum, Nu. Ada apa tumben telepon. Nggak narik hari ini?" tanya Pak Ilham.
"Apa? Sakit? Sakit apa istrimu?" tanya Pak Ilham. Ternyata Pak Danu menelepon Pak Ilham karena istrinya sedang sakit dan akan berobat ke dokter. Pak Ilham yang beberapa hari ini pemasukan lumayan lancar langsung mengiyakan akan membantunya. Pak Ilham langsung memberi tahu istrinya lewat telepon.
Sekembalinya dari tempat Pak Danu, Pak Ilham kembali ke rumah. Dia akan mengantar istrinya dan Rani berbelanja ke pasar untuk jualannya di esok hari.