Mohon tunggu...
I. F. Donne
I. F. Donne Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis adalah seorang Magister Pendidikan lulusan Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis pernah aktif di berbagai komunitas sastra di Jakarta. Beberapa diantaranya; Sastra Reboan, Kedailalang, dan KPSI (Komunitas Pecinta Seni dan Sastra Indonesia). Karya-karyanya diantaranya; Novel ‘Danau Bulan’, Serampai Cerpen Vol. I ‘Soejinah’ dan ‘Dunia Luka’ Vol. II. Antologi puisi bersama sastrawan-sastrawati. Diantaranya; antologi puisi Empat Amanat Hujan (Bunga Rampai Puisi Komunitas Sastra DKJ), Kerlip Puisi Gebyar Cerpen Detak Nadi Sastra Reboan, Kitab Radja dan Ratoe Alit, Antologi Fiksi Mini, dan beberapa puisinya juga dimuat di majalah Story. Penulis juga sudah memiliki dua buku antologi cerpen bersama beberapa penulis, yaitu Si Murai dan Orang Gila (Bunga Rampai Cerpen Komunitas Sastra DKJ) dan Kerlip Puisi Gebyar Cerpen Detak Nadi Sastra Reboan. Beberapa cerpennya pernah memenangkan lomba tingkat nasional, diantaranya berjudul, Sepuluh Jam mendapatkan juara 2 di LMCPN (Lomba Menulis Cerpen Pencinta Novel), Randu & Kematian pada tahun 2011 dan Selongsong Waktu pada tahun 2013 mendapatkan juara harapan kategori C di Lomba Menulis Cerpen Rotho - Mentholatum Golden Award. Penulis juga aktif di berberapa organisasi kemasyarakatan, seni dan budaya. Aktifitas yang dijalani penulis saat ini adalah seorang jurnalis di salah satu surat kabar online nasional di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sehari Sebelumnya

21 Maret 2020   00:00 Diperbarui: 21 Maret 2020   06:12 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

(Dimuat dalam buku kumpulan cerpen"Soejinah")

Baiklah, baru saja aku berkenalan dengan seorang perempuan. Sebentar! Aku lupa darimana harus menceritakannya. Ah, suara kipas angin di belakang pundakku membuat pendengaranku tak nyaman.

Satu hari kemudian,

               Ketika semua suara senyap, dan ketika semua orang berhenti bernyanyi, aku selalu membuat keinginan. Aku ingat semuanya, untuk hal yang sama setiap kali. Jika aku hidup sampai beberapa tahun lagi. Ah, khalayalku berpacu dengan lagu-lagu yang tidak pernah berakhir di telingaku. 

               Seperti semalam, aku berdoa kepada Tuhan, tepat sebelum aku pergi tidur, namun sekarang aku tidak ingat lagi pada sebuah kata tunggal yang kuucapkan. Jika saja aku mendapatkan kata itu melalui ingatanku, mungkin aku tidak akan menjadi seekor bintang yang limbung dengan cahaya yang kian meredup.

               Jika sudah seperti itu, selanjutnya aku menutup mata, melintas dalam ruang pikiran seorang perempuan, aku merasa ia juga merasakan hal yang sama. Aku berharap ia pun menutup matanya, dan saat bersamaan, aku bermain dalam khayalnya.

Sehari sebelumnya,

"Pagi." sapaku melalui surel.

               Keadaan ruang Dosen masih sangat sepi. Mungkin kehadiranku terlalu pagi. Mahasiswa/i-ku pun belum datang. Hari itu aku harus kembali mengulang semua rutinitasku, seperti hari-hari sebelumnya. Ah, kesibukan memang membosankan. Aku pernah membicarakan ini dengan Prof. Hilda, Kepala Program Studi, kami sedikit berdebat tentang rutinitas.

                  Namun aku harus mengalah, sebab kupikir tanpa rutinitas kita tidak akan mempunyai nafkah. Jadi, ya aku harus mengalah. Apa yang dikatakan Prof. Hilda memang benar, untuk dapat bertahan hidup, kita perlu makan, dan untuk mendapatkan makanan, kita perlu uang, maka sampailah kita pada analogi hidup, 'kerja' untuk mendapatkan uang.

                   Kembali kubuka surel. Ah, ia tak juga membalas sapaku. Kemudian aku segera beranjak dari kursi, namun baru saja aku hendak beranjak, Pak Imam datang, ia Dosen Ekonomi di kampus tempat aku mengajar. Dengan kencang ia meletakkan koran yang habis dibacanya. Ia mengeluhkan tentang semakin merosotnya rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun