Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

"PERJALANAN KEMANUSIAAN" Part. 4 Panggilan Hati (Rescuer)

18 April 2022   01:47 Diperbarui: 26 Juni 2023   22:52 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wajah Ibu kota begitu cerah hari ini, diiringi terbangnya para burung - burung yang mengandung kemeriahan langit dan mengundang tawa bagi kami yang menikmati pertunjukan itu dari lantai 2 bangunan Cafe. Sebuah tempat yang biasanya menjadi Favorite untuk ngopi santai dan bercerita sesama rekan kerja.

 Kebetulan, Bagus hari ini sedang bahagia. Karena kemarin istrinya baru saja melahirkan seorang anak laki - laki. Dan kebetulan letak cafe kami berada sekarang tidak terpaut jau dari keberadaan klinik tempat istri Bagus di rawat setelah persalinan selesai. Aku dan Leo pun baru saja melihat kondisi istri bagus di sana sehingga bagus menawari untuk ngopi di sini. Yang kebetulan di klinik, ada adik ipar dan mertuanya yang sudah berada di sana sewaktu istri bagus di bawak ke klinik bersalin. Jadi kami bisa menepi sejenak sambil merayakan kegembiraan Bagus.

 "Lihat Jiz, Le, burung - burungnya seperti mengerti kondisi hatiku hari ini. Mereka beterbangan ke sana, kemari. Sambil saling memburui satu sama lain."

 "Alhamdulillah Gus. Bearti Allah SWT. Begitu memberkahi hari ini. Dan sekali lagi selamat atas lahirnya jagoan kamu, sesuai apa yang kamu haraf - haraf kan beberapa bulan terakhir." Ucapku pelan.

 "Betul Gus. Ingat! Sudah saatnya tobat. Malu sama anak, kalo kelakuan belangsat hahha" tawa Leo spontan, diiringi tawa bagus.

 "Anjing memang." Upat Bagus sambil tertawa, menyikapi perkataan Leo yang ia ketahui bukan bermaksud menyinggung. Melainkan, hanya bercanda. Seperti biasanya, Leo yang paling tau caranya mencairkan suasana.

 "Hahha Anjing bilang Anjing, kan goblok haha."

 Mendengar bantahan Leo, aku dan Bagus makin terpingkal - pingkal tertawa di lantai 2 Cafe ini.

 "Sudah - sudah. Sama - sama Anjing, jangan saling ngomongin. Haha" ledekku untuk mereka berdua.

  "Haha - haha ..."
 Sudah pukul setengah dua siang, begitu cepat rasanya waktu hari ini. Sambil menyeruput kopi hitam buatan Barista Cafe yang sedari tadi memperhatikan kami bertiga di sudut bangunan lantai dua.

 "Ya sudah, ayo balik Jiz. Papa baru pasti kangen sama anaknya. Haha" ucap Leo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun