Mohon tunggu...
Stephani Getta
Stephani Getta Mohon Tunggu... Freelancer - Apa saja yang ada di kepala ditulis

lebih suka berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Napak Jero: Perjalanan Hati

14 Maret 2024   15:35 Diperbarui: 14 Maret 2024   17:21 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghayati lalu merenungkan kegiatan jalan kaki sepertinya hal yang kurang lazim bagi kita. Berbeda dengan para pelaku Napak Jero. Mereka menjadikan jalan kaki sebagai sarana ziarah, retret pribadi dan juga kontemplasi. Mereka mengikuti kegiatan ini dengan bekal dan motivasi masing-masing. Ketika ditanya apa yang memotivasi mereka, banyak hal terlontar dari pengalaman mereka.

Begitu kaya pengalaman mereka dalam proses perjalanan mencapai garis akhir. Salah satunya Pak Tedjo, peserta dengan usia yang tak lagi muda ini bercerita bagaimana pengalamannya menyelesaikan perjalanan ini. Pak Tedjo merasa bahwa ia telah berhasil melampaui dirinya dengan terus berpegang dan berserah pada Tuhan. Ia merasa tiap langkah kaki yang digerakkan untuk menyelesaikan perjalanan ini masih jauh lebih ringan daripada langkah kaki Yesus yang memanggul salib ke Bukit Golgota.

Lain hal dengan Ibu Fifi dan Pak Yustinus Rizal yang mengikuti kegiatan ini untuk mempersiapkan diri mereka mengikuti Camino. Berbekal poster kegiatan Camino de Santiago, Pak Yustinus dan Ibu Fifi bertekad bulat menyelesaikan perjalanan ini sekaligus mengukur berapa waktu dan jarak tempuh sesuai dengan kekuatan mereka.

Anak-anak muda yang (mungkin) lebih sering mendaki gunung, merasakan sensasi tersendiri ketika mengikuti kegiatan ini. Gurman, Natan, Arnold, dan Wisnu menganggap bahwa perjalanan Napak Jero adalah perjalanan yang berbeda. Sepanjang perjalanan mereka seringkali berada pada momen yang sama. Mereka siap dengan segala kemungkinan yang terjadi selama proses perjalanan. Romo Teguh juga terkadang berkesempatan berjalan bersama-sama dengan mereka. Romo Teguh mengajak untuk mendedikasikan rasa sakit yang mereka rasakan sebagai doa untuk mengiring perjalanan mereka.

Romo Budi sebagai salah satu pemrakarsa kegiatan ini juga membagikan sebuah prinsip yang datang dari trekking pole miliknya, "Manusia itu butuh teken (tongkat dalam Bahasa Jawa), teken itu punya dua makna, yang pertama, memberikan kekuatan dan keseimbangan lalu juga tuntunan sehingga kita bisa tekun berjalan, lalu akhirnya kita bisa tekan (sampai)".

Perjalanan dimulai dari kota Batu menuju Ngantang di hari pertama. Petualangan dimulai pada pukul 4 pagi. Hari pertama dimulai dengan doa dan ibadat di hari sebelumnya. Saya yang bertindak sebagai pendokumentasi kegiatan ini berangkat terlebih dulu dengan menggunakan kendaraan roda dua. Hawa kota Batu yang cukup dingin saat itu, menjadi kawan perjalanan mereka. Sekitar pukul 7 pagi, mereka sampai di Pujon. Di sana mereka beristirahat sejenak sambil berbagi bekal perjalanan. Romo Agung membagikan bekal permen ginseng miliknya. Bu Fifi berbagi roti goreng yang ia beli ketika perjalanan, sedangkan Romo Budi bersukacita karena mengumpulkan banyak sekali koin sepanjang perjalanan dari Batu menuju Pujon.

Berbeda cerita dengan Nancy dan Catherine, dua perempuan yang juga kakak-beradik ini sempat mengalami sedikit kejadian menegangkan. Akibat udara yang cukup dingin, salah satu dari mereka mengalami kesulitan bernafas. Perjalanan mereka sempat terhenti sejenak. Panas matahari yang muncul ketika dalam perjalanan membuatnya bisa kembali bernafas normal.

Setelah beristirahat, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Beberapa peserta berjalan melalui rute Tulungrejo, dan ada beberapa peserta lain yang memilih melewati jalan raya menuju Ngantang. Mereka bertemu di titik pertemuan yang sama yakni perempatan Ngantang. Pak Yustinus adalah salah satu peserta yang melewati rute Tulungrejo. Setelah sampai di titik pertemuan, ia beristirahat sejenak sambil berbagi cerita bersama saya bahwa rute yang dilalui cukup berdebu dan berkelok. Meski demikian, ia disuguhi pemandangan indah selama perjalanan. Pak Gerry, peserta yang memilih melewati rute jalan raya Ngantang memutuskan untuk menghentikan langkahnya di rest area Sidorejo, Ngantang. Ia merasa tak lagi sanggup melanjutkan perjalanan karena kaki kram dan sudah tidak kuat lagi. "Padahal, tinggal 4 km lagi untuk mencapai titik temu pertama. Tapi, saya menikmati perjalanan ini, saya dapat banyak foto bagus". Kaki yang tidak lagi bisa diajak berkompromi akhirnya mengharuskan Pak Gerry untuk menaiki motor menuju tempat menginap.

Hari pertama berhasil dilalui, kini mereka beristirahat untuk kembali melanjutkan perjalanan di hari selanjutnya. Mereka beristirahat di salah satu rumah umat stasi Ngantang. Di sana mereka bergantian memijat kaki, makan malam bersama serta menutup hari dengan sharing sekaligus merayakan Ekaristi bersama umat di lingkungan stasi.

Hari selanjutnya, mereka akan memulai perjalanan dari Ngantang menuju Pare. Jarak yang ditempuh sekitar 32 km untuk sampai ke tujuan transit selanjutnya yaitu Gereja Katolik St. Mateus, Pare, Kediri. Seperti hari sebelumnya perjalanan dimulai pada pukul 4 pagi. Rute yang akan ditempuh hanya 1 rute dan cukup panjang. Kebanyakan mereka akan menempuh tipe jalan beraspal, berkawan dengan asap dan deru kendaraan bermotor. Cukup menegangkan dan melelahkan. Satu persatu peserta Napak Jero tiba di tempat transit hari kedua dengan tenaga yang hampir terkuras habis. Pak Tedjo salah satu peserta membagikan pengalamannya bahwa ketika melakukan perjalanan, ia mendengarkan renungan rohani untuk menguatkan langkahnya. Sempat dalam perjalanan saya tahu ia menjauh dari tempat tujuan. Lekas saya mengejarnya dan memberikan arahan yang benar.

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun