Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Kala Itu Aku Mencintaimu

18 Februari 2021   00:24 Diperbarui: 18 Februari 2021   00:37 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja berganti menjadi malam dan larut ke dalam keramaian dari nyanyian - nyanyian indah binatang - binatang malam. Jangkrik menyapa, menyuarakan kerinduannya yang menanti seharian untuk kembali bertemu malam. Nyamuk - nyamuk nakal pun datang, berdenging dan hinggap di kaki atau tangan sekedar menyapaikan salam sekaligus izin, mengajukan diri untuk sekedar menghisap darah walau akhirnya pun tetap akan mati.

Di kala itu aku mencintamu,

dari sebait lagu yang tak perna ku sampaikan,bahkan diketahui oleh banyak orang. Tapi, ragaku begitu menantikan hadirnya ragamu. Agar dapat ku dekap erat di dalam rapuhnya asaku. 

Di kala itu aku mencintaimu,

dari tajamnya hunusan pisau, sampai tumpulnya sebuah palu. Sebagai alat utama di dalam kehidupan seorang tukang. Aku begitu mengartikan kebahagiaanmu lebih dari yang kau tahu. Dan kurasa, kau tak perlu tau.

Di kala itu aku mencintaimu,

dari ramainya nyanyian rintikan suara air hujan yang jatuh ke bumi. Hingga dalamnya air laut yang tak terjengkal. Aku tetap di sini untuk sekedar menjaga hati. 

Di kala itu aku mencintaimu,

****

__SpK

(PagarAlam, 18 Februari 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun