Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit-langit Kamar

15 Februari 2020   00:41 Diperbarui: 15 Februari 2020   02:56 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Terima kasih bu."(sembari mengambil uang tersebut)

 "Yaudah. Kalo gitu ibu keluar dulu.

 Dah tidur! Sudah malam. Besok kan sekolah? Nanti telat bangun ayah bisa marah. Kamu tau sendiri, ayah kalo marah kayak gimana."

 "Iya bu. diko langsung tidur."(sembari merapikan buku novel kesukaku di atas kasur)

 "Baguslah. Yaudah ibu tinggal dulu. Selamat malam?"(sembari menutup pintu)

"Malam bu."(kulihat pintu telah tertutup, dan ibu telah pergi)

  Ku tidurkan tubuhku di atas kasur, sembari melihat langit-langit kamar. Semua masih nampak sama, namun hanya ceritaku yang berbeda. Dulu dia(nita) perna menemaniku berbaring di kasur ini, sambil menatap langit-langit kamar dia berkata,

 "Kamu punya impian apa ko?"

 "Impianku cuman satu, yaitu menikahi kamu"

 "Apakah kamu yakin, bahwa aku ini jodoh kamu ko?"

 "Yakin. Seratus persen yakin! Kalo kamu nit, apa impian kamu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun