Penilaian dalam Pendidikan Pancasila tidak bisa berhenti pada tes pilihan ganda. Ia harus menilai pemahaman, sikap, dan aksi nyata. Bentuk penilaiannya dapat berupa:
- Jurnal refleksi pribadi,
- Proyek kolaboratif,
- Presentasi digital, atau
- Observasi sikap selama kegiatan.
Dengan demikian, evaluasi menjadi alat pembelajaran, bukan sekadar penghakiman.
Contoh Implementasi: Modul "Pancasila di Dunia Digital"
Sebagai ilustrasi, berikut contoh bagaimana strategi di atas diterapkan dalam modul pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
- Menjelaskan makna nilai-nilai Pancasila dalam konteks digital.
- Mengidentifikasi perilaku tidak sesuai nilai Pancasila di media sosial.
- Membuat konten digital yang mencerminkan nilai Pancasila.
Aktivitas Pembelajaran
- Pemantik: Guru menampilkan berita atau unggahan viral yang mengandung ujaran kebencian.
- Diskusi kelompok: Siswa menganalisis nilai Pancasila mana yang dilanggar.
- Refleksi pribadi: "Apa yang bisa saya lakukan agar lebih beretika di media sosial?"
- Proyek kreatif: Siswa membuat video pendek "Sopan di Dunia Maya, Hebat di Dunia Nyata."
Penilaian
Guru menilai dari tiga aspek:
- Pemahaman nilai (apakah siswa memahami konteks nilai Pancasila)
- Keterampilan digital (kreativitas dan keaslian konten)
- Sikap (refleksi dan aksi nyata yang dilakukan siswa)
Dengan kegiatan seperti ini, siswa tidak hanya belajar tentang Pancasila, tetapi belajar menjadi insan Pancasila.
Â