MEMPERSIAPKAN MURID MENGHADAPI TES KOMPETENSI AKADEMIK: DARI RASA CEMAS KE RASA PERCAYA DIRI
Oleh Idris Apandi
Widyaprada Ahli Madya Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Barat
Â
Bayangkan seorang murid SMA kelas XII yang duduk termenung di ruang kelas. Matanya menatap papan tulis, tetapi pikirannya melayang jauh. Di tangannya ada selebaran berisi informasi tentang Tes Kompetensi Akademik (TKA) yang akan segera dilaksanakan pemerintah. Hatinya berdebar. "Apakah aku sanggup? Bagaimana kalau nilainya jelek? Bagaimana kalau aku tidak bisa masuk perguruan tinggi yang kuimpikan?" gumamnya dalam hati.
Keresahan semacam ini sangat wajar. Apalagi TKA kerap dipersepsikan sebagai "ujian besar" yang menentukan masa depan. Padahal, sejatinya TKA bukanlah penentu kelulusan. Ia lebih mirip peta jalan, yang memberi gambaran di mana posisi kita dalam hal kemampuan akademik. Namun tentu saja, karena hasilnya bisa menjadi syarat masuk perguruan tinggi jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), syarat beasiswa, atau dasar kebijakan pendidikan nasional, TKA menjadi penting untuk diikuti.
Lalu muncul pertanyaan: bagaimana sekolah bisa mengajak murid agar tidak hanya mau mendaftar TKA, tetapi juga siap mengikutinya dengan penuh percaya diri dan menjunjung tinggi kejujuran?
Mari kita bahas langkah demi langkah, sambil membayangkan situasi nyata di sekolah.
Mengubah Cara Pandang: Dari Beban Menjadi Kesempatan
Banyak murid yang menganggap TKA sebagai "momok menakutkan". Hal ini bisa dimaklumi. Namanya juga tes, wajar kalau terbayang nilai rendah, kegagalan, atau tekanan. Di sinilah peran sekolah menjadi penting. Sekolah perlu mengubah cara pandang murid terhadap TKA. Guru, wali kelas, maupun kepala sekolah dapat menyampaikan bahwa TKA bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan kesempatan emas.
Kesempatan untuk apa?
- Kesempatan mengetahui sejauh mana kemampuan diri.
- Kesempatan mempersiapkan masa depan akademik dengan lebih terarah.
- Kesempatan membuka jalan menuju perguruan tinggi dan beasiswa.