Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Digital Marketing/Content Writer

Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadikan Ramadhan sebagai Titik Balik untuk Hidup yang Lebih Bermakna

7 Maret 2025   16:58 Diperbarui: 7 Maret 2025   15:01 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Siluet Masjid (Sumber: Pixabay/Shafin_Protic)

Ramadan selalu datang dengan nuansa yang berbeda. Bulan ini seperti sebuah jeda dalam kesibukan dunia, saat di mana kita diajak untuk memperlambat ritme, merenung, dan melihat kembali arah hidup yang sedang kita jalani.

Banyak orang menjalani Ramadan sekadar sebagai rutinitas tahunan---puasa, tarawih, sahur, dan berbuka. Tapi, kalau dipikir lebih dalam, Ramadan sebenarnya bisa menjadi titik balik untuk hidup yang lebih bermakna. Bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga momen untuk memperbaiki diri secara fisik, mental, dan spiritual.

Ramadan: Waktu untuk Mereset Diri

Di luar Ramadan, hidup sering terasa seperti sebuah lomba yang tidak ada habisnya. Bangun pagi, kerja, pulang, tidur, lalu ulang lagi keesokan harinya. Kita sibuk mengejar target, mengejar materi, bahkan mungkin sibuk membandingkan hidup kita dengan orang lain.

Tapi saat Ramadan datang, tiba-tiba semua itu terasa melambat. Waktu makan berkurang, kebiasaan begadang berkurang, dan ada lebih banyak ruang untuk berpikir. Ini adalah kesempatan untuk mereset kembali kebiasaan buruk dan mengisi hidup dengan sesuatu yang lebih bermakna.

Mungkin selama ini kita terbiasa makan berlebihan tanpa peduli efeknya pada kesehatan. Mungkin kita sering menghabiskan waktu di media sosial tanpa sadar sudah membuang berjam-jam dalam sehari. Ramadan mengajarkan bahwa kita sebenarnya bisa hidup dengan lebih sederhana dan lebih sadar terhadap apa yang kita konsumsi, baik secara fisik maupun mental.

Mengubah Pola Hidup, Bukan Sekadar Bertahan Sebulan

Salah satu kesalahan terbesar saat menjalani Ramadan adalah menganggapnya sebagai fase sementara. Banyak orang yang selama Ramadan rajin beribadah, menjaga pola makan, dan lebih peduli terhadap sesama. Tapi begitu Idulfitri tiba, semuanya kembali ke kebiasaan lama.

Padahal, kalau dipikir lagi, Ramadan adalah waktu yang sempurna untuk membentuk kebiasaan baru yang bisa bertahan lebih lama. Misalnya, jika selama sebulan kita bisa menahan diri dari kebiasaan buruk seperti merokok, bergosip, atau bermalas-malasan, berarti kita sebenarnya mampu mengubah hidup dengan lebih baik---asal ada niat untuk melanjutkannya setelah Ramadan berakhir.

Jadi, bagaimana jika Ramadan tahun ini bukan hanya tentang "menjalani puasa," tetapi juga menjadikannya sebagai awal dari perubahan jangka panjang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun