Di halaman terakhir, ada kalimat yang membuatnya menggigil.
"Aku tidak bisa lagi menahannya. Jika seseorang menemukan ini, jangan menatap cermin terlalu lama. Jika kau melihat mulut itu berbisik... lari."
Rania menutup buku itu dengan cepat. Ia tahu ini bukan kebetulan.
Malam harinya, Rania memastikan semua cermin di rumah tertutup. Tapi suara itu tetap datang. Kali ini lebih banyak. Lebih keras.
"Rania... tolong... buka..."
Jantungnya berdetak cepat. Suara-suara itu berasal dari kamar. Dari balik kain yang menutupi cermin.
Dengan tangan gemetar, ia mendekat. Ia tidak ingin melihatnya, tapi suara itu semakin memanggilnya.
Ia menarik napas dalam dan perlahan menarik kain itu.
Refleksinya masih di sana. Namun, ada yang salah. Mulutnya bergerak cepat, berbisik sesuatu yang tak bisa ia dengar.
Kemudian, refleksi itu menoleh---meskipun Rania tidak bergerak.
Ketakutan melumpuhkannya. Perlahan, mulut dalam cermin itu semakin terbuka, lebih lebar dari yang seharusnya. Sesuatu merayap keluar dari dalam kegelapan pantulan itu---sepasang tangan pucat yang mencengkeram pinggiran kaca.