Dahulu...
Wajah ibu, selalu memancarkan mentari yang menghangatkan.
Keramahannya melumerkan hati yang dingin.
Kegairahannya memancarkan  Kekuatan dan harapan.
Kini...
Mata ibu, sayu dan lesu.
Senyum tak lagi tersinggung di bibirnya.
Kerutan wajahnya melukiskan banyaknya jumlah kekuatiran untuk anak-anaknya.
Ketika anak-anaknya bersedih dan bersusah hati dan tak bahagia.
Malam-malam hening menyaksikan  doa penuh airmata..Â
Semua untuk anak-anaknya.
Airmata yang tercurah sudah membentuk lautan kesedihan.
Kadang ombak kekuatiran datang menghempas  mengikis pengharapan.
Menimbulkan gelombang kegelisahan.
Ibu kadang terjatuh tapi tetap bangkit agar tidak terjerembab dalam lembah keputusasaan.
Ibu tidak punya waktu untuk tenggelam.
Ibu harus bergegas dan berusaha karena peretempuran belum selesai.
Bagaikan ksatria pelindung dan penjaga harta kesayangannya agar tetap bahagia.
Hai anak-anak hiduplah berbahagia dan bermanfaat supaya senyum ibumu kembali mengembang.