Karena serial medis sangat teknis maka cukup banyak waktu yang harus kami perlukan. Karenanya jadwal syuting pun melebihi 12 jam sehari. Sesungguhnya tak sehat namun untunglah kami bertemu dengan pemain seperti Deva dan Prilly yang selalu membuat syuting penuh tawa meski saya sudah mengantuk di kursi sutradara di pukul 4 pagi.
Serial "Cerita Dokter Cinta" bisa ditonton di Maxstream.
2. HARI KE 40
Ini adalah film pendek pertama yang saya sutradarai. Tentu saja saya gugup sebelum hari syuting dilakukan. Untungnya memang karena saya dikelilingi crew yang terbiasa bekerjasama dengan saya. Jadinya tak terlalu canggung.
Di film ini, saya kembali bekerjasama dengan Muhary Wahyu Nurba, seniman dari Makassar. Saya mengenal beliau lebih dari 20 tahun lalu saat saya mulai menulis resensi film di Harian Fajar Makassar saat masih kuliah. Kami memiliki kegilaan yang sama pada film-film bagus dari seluruh dunia dan sering bertukar cerita karenanya. Sebelumnya saya bekerjasama dengan Muhary di film "SILARIANG: Cinta Yang [Tak] Direstui" yang saya produseri.
Ada cerita menarik di balik kisah "Hari Ke 40". Skenarionya ditulis Alim Sudio yang baru saja sukses dengan "Miracle in Cell No 7" dan "Sayap-Sayap Patah". Cerita "Hari Ke 40" berasal dari apa yang saya alami.
Suatu kali ayah dari partner saya di rumah kreatif Indonesia Sinema Persada, Irfan Syam, meninggal dunia. Meski di tengah persiapan produksi serial "Cerita Dokter Cinta", saya memutuskan untuk menemani Irfan bertolak ke kampung halamannya di Palopo, Sulawesi Selatan. Saya menginap di rumahnya selama 3 hari.
Anehnya selama 3 hari di sana, setiap subuh saya selalu "bertemu" ayahnya. Saya baru menceritakan soal ini kepada Irfan setelah 40 hari meninggalnya almarhum. Irfan bilang bahwa saya memang tidur di kamar ayahnya, jadinya terasa wajar jika saya "didatangi" almarhum selama 3 hari berturut-turut.
Pengalaman supranatural itupun saya tuangkan di "Hari Ke-40". Filmnya sendiri bisa ditonton di Maxstream.
3. THE DESSERT
Salah satu hal yang saya pelajari ketika membuat film pendek adalah tentang bagaimana menyiasati keterbatasan. Film pendek hampir selalu diproduksi dengan bujet minimal sehingga satu-satunya yang mungkin bisa "mewah" adalah bagaimana ide ceritanya diolah.