Mohon tunggu...
Ibrohim Abdul Halim
Ibrohim Abdul Halim Mohon Tunggu... Konsultan - Mengamati Kebijakan Publik

personal blog: ibrohimhalim.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Investasi ala Buffet Untuk Jaga Stabilitas

29 Juni 2020   08:47 Diperbarui: 29 Juni 2020   08:45 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain pengaruh terhadap kinerja nilai tukar, penarikan modal asing juga bisa mempengaruhi kinerja perusahaan itu sendiri. Memang harga saham secara umum tidak mempengaruhi operasional perusahaan, karena lebih dipengaruhi tarikan supply-demand di pasar. Namun, jika harga saham turun terlalu rendah akibat masifnya outflow, bisa terjadi setidaknya dua dampak.

Pertama, dalam situasi krisis, kebutuhan modal perusahaan mungkin meningkat. Sebagai perusahaan publik, yang bisa dilakukan adalah melepas saham. Apabila harga saham rendah, maka jumlah saham yang harus dilepas harus lebih tinggi. Ini menjadikan ongkos modal menjadi semakin mahal.

Kedua, jika saham turun sangat rendah, ada kemungkinan akuisisi oleh investor yang memang berpengalaman surfing di tengah gelombang pasang. Misal, pada 2019 lalu Multistrada (MASA), sebuah perusahaan ban lokal, diakuisisi oleh Michelin sebesar 80% "hanya" dengan harga Rp 6,23 Triliun. Padahal, penjualan bersih perusahaan itu saja hampir mencapai Rp 4 Triliun per tahun. Ini terjadi karena harga saham MASA pada waktu itu sedang anjlok.

Masalahnya, saham-saham yang dilepas asing kebanyakan adalah saham BUMN, terutama perbankan. Jika turun terlalu dalam, selain potensi akuisisi yang mungkin masih jauh, perusahaan mungkin mempertimbangkan untuk meningkatkan dividen, karena secara konvensional dividend payout ratio (dpr) masih dianggap mampu meningkatkan harga saham. Dampaknya kemampuan bank plat merah untuk menyalurkan uang ke masyarakat akan menurun.

Pada akhirnya, melalui dua jalur tadi, penarikan modal asing bisa sangat berdampak pada stabilitas sistem keuangan: nilai tukar melemah, kinerja perusahaan menjadi payah, kebutuhan modal meningkat, tapi biayanya mahal. Pemerintah akhirnya harus turun tangan dengan mengucurkan dana talangan BUMN sebesar Rp 143,63 Triliun, yang membuat defisit semakin lebar.

Oleh karena itu, investor domestik harus berperan. Penarikan modal asing menjadikan porsi saham investor domestik pada April 2020 naik mencapai 50,2%, artinya sudah menjadi mayoritas di negeri sendiri. Besarnya porsi investor domestik bisa menjadi peredam kejut ketika terjadi kepanikan investor global dalam suasana ketidakpastian. Dan inilah yang membuat dampak capital outflow tahun ini tidak sebesar pada 2008.

Investor domestik harus cerdas berperilaku di bursa. Mungkin kebijaksanaan konvensional Buffet penting untuk terus diingatkan dalam kondisi hari-hari ini: beli perusahaan sesuai kinerjanya. Tahan kepemilikan untuk mendukung perusahaan. Hindari irasionalitas pasar dan spekulasi, apalagi jika hembusannya datang dari luar.

Dalam periode 1960-an, Buffet mengalami kebingungan. Pasar berada dalam fase di mana harga tinggi untuk perusahaan yang dihargai terlalu mahal merupakan hal yang lumrah, dan setiap orang berlomba masuk pasar untuk ikut dalam permainan jangka pendek serta membeli perusahaan yang tidak mereka kenal kinerjanya. Padahal, filosofi Buffet yang sudah dia jalankan sejak awal karir adalah masuk pada bisnis yang kinerjanya baik dan menilainya setidaknya tiga tahun.

Lantas apa yang dilakukan? Dia dengan tegas menolak pendekatan investasi yang mengupayakan untuk membaca sentimen pasar ketimbang menilai sebuah bisnis. Ia fokus melihat kinerja perusahaan di jangka panjang, sekalipun dicemooh sebagai investor yang pasif. Hasilnya, di tahun 1967 di mana perdagangan jangka pendek menjadi marak, ia membukukan return 35,9%, jauh di atas Dow Jones yang hanya 19%.

Artinya, investor domestik selain harus cerdas menentukan portofolio, juga harus memberikan kepercayaan pada perusahaan, terutama perusahaan dalam negeri yang memegang sektor vital. Dengan kepercayaan tersebut, perusahaan akan berada dalam suasana yang lebih stabil, sehingga bisa berkinerja dengan baik. Pada akhirnya, kinerja baik tersebut juga akan kembali pada investor dalam bentuk kenaikan harga saham.

Dengan kebijakan makroprudensial yang aman terjaga dan investor domestik yang cerdas berperilaku, krisis ini pasti akan berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun